mitsubishi

International Market Open

Economic calendar

FOREX

Jumat, 30 Desember 2011

Hasil Survey Indo Barometer atas Orba dan Soeharto, Kontroversial

Hasil survey ini dipublikasikan di KOMPAS.com pada Minggu 15 Mei, 2011. Mengundang pro dan kontra pembacanya. Hasil survey menyatakan bahwa “Orba lebih baik” dan “Soeharto, Presiden yang paling disukai” mengundang komentar cemooh selain juga pembenaran atas survey tersebut. Kelompok yang menyatakan pembenaran atas survey adalah mereka yang memiliki hak menyatakan pendapatnya secara terbuka, dan pastinya pada masa kini dilindungi oleh undang-undang.  Kelompok ini secara umum menyatakan bahwa di era Soeharto dan Orde Baru nya, stabilitas politik, keamanan dan ekonomi Indonesia,  jauh lebih baik ketimbang di era reformasi ini. Lebih jelasnya pada masa itu masyarakat lebih mudah mendapatkan uang, harga sandang-pangan lebih murah di banding era sekarang.

Persoalan sebaliknya, bagaimana jika pada masa Orde Baru dilakukan survey dengan tingkat kebebasan seperti Indo Barometer melakukannya saat ini, apakah mungkin pendapat atau komentar yang vokal dimuat di media masa pada saat itu, katakanlah mesin waktu membawa kita ke tahun 1988 dimana survey itu misalnya dilakukan.

Apapun itu, kontroversial yang terjadi sebenarnya merupakan cermin yang riil dari kondisi masyarakat saat ini. Bagi 1200 reponden yang mengikuti survey ini, bagaimanapun metoda penentuannya, sepenuhnya bergantung kepada bagaimana niat surveyor sesungguhnya dan apa tujuan dari survey ini dilakukan. Jika 1200 responden dipilih secara sistematis agar memberikan hasil survey sesuai ekspektasi, maka pola masyarakatnya pun sudah jelas yang mana yang bisa di random, demikian juga sebaliknya.

Jika tujuan dari hasil survey ini untuk membangkitkan rasa nasionalisme, maka dari semua komentar yang muncul dipermukaan, terbukti survey ini bukanlah cara yang terbaik. Ada banyak cara untuk membangkitkan rasa nasionalisme. Bahkan itu seharusnya dimulai dari bangku sekolah, mulai dari tingkat terendah, seperti pengembangan kurikulum sekolah untuk lomba membaca dan karya tulis yang membangkitkan rasa nasionalisme. Mengembangkan secara detil cerita sejarah nasional. Pembahasan karakter-karakter pejuang yang dapat dijadikan contoh. Dan sebagainya. Jadi tidak ada gunanya menciptakan kontroversial, yang justru menjadi penghambat dalam mencapai cita-cita bersama menuju masyarakat adil dan makmur.

Selasa, 06 Desember 2011

Kerendahan Hati dalam Ketulusan Memohon dan Memaafkan

Foto: Inmagine
Konflik dalam diri karena perbedaan pandangan atau prinsip prilaku, baik dengan orang terdekat maupun sekelompok orang lainnya, adakalanya hadir menguasai ruang kedamaian dalam rutinitas strategi pemahaman dan kegiatan seseorang. Konflik akan ada dalam ambang yang tidak terkendali selama status pembenaran diri dan mempersalahkan yang lain belum mencapai titik temunya. Semakin seseorang ingin mendorong atau memunculkan rasa pembenaran dirinya, semakin besar pula ruang kedamaiannya dikuasai. Jika konflik terus berlarut, seseorang dapat masuk pada kondisi depresi (kemuraman hati, kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan).

Di bagian awal, konflik umumnya disertai dengan ketegangan dan sifat emosional yang tinggi. Konflik meningkat menjadi pertentangan yang permanen ketika tidak ada titik temu bagi pendekatan kesepahaman pandangan. Pada situasi ini disebut kebuntuan. Hidup dalam kebuntuan yang berlarut-larut sama dengan menunda solusi yang permanen bagi konflik itu sendiri. Penundaan solusi permanen sebenarnya merupakan satu cara penyiasatan  dalam penyelesaian konflik. Siasat itu intinya, memberikan waktu untuk membuka ruang kedamaian seseorang agar melanjutkan hidup dengan dan menyiasati konflik itu sampai kemudian menyadari secara utuh kebuntuan itu ketika ketegangan telah mereda. Dengan siasat ini, sebelum ketegangan mereda, untuk sementara ruang kedamaian masih bisa ditoleransi meski tidak seutuhnya kembali pada kondisi normal.

Penyelesaian konflik dengan satu titik temu kesamaan pemahaman dan pandangan tidak selalu terjadi. Penyelesaian permanen bagi konflik tanpa satu titik temu disebut ketidaksepahaman. Pada tingkat konflik tertentu akan memerlukan legalitas hukum.

Pribadi yang berlarut-larut menyiasati dan mempertahankan konflik, tanpa solusi permanen, perlahan dan pasti masuk kedalam kondisi psikologis yang depresi. Bila diteruskan kehidupan seperti ini, dan diacuhkan oleh lingkungan, atau tidak perduli dengan perhatian lingkungannya, akan dapat menggiring pribadi ini pada kondisi psikologis frustrasi.  Kondisi frustasi yang akut dapat menuju kepada kondisi sakit jiwa.

Kerendahan hati dalam ketulusan memohon dan memaafkan, adalah kunci utama penyelesaian konflik. Kata maaf yang tulus memiliki daya magis untuk melunakkan hati yang keras, bahkan mampu menggetarkan jiwa, hingga sekuat apapun seseorang, tak akan mampu membendung tetesan air mata saat hanyut dalam kesadaran akan kekurangannya.

Senin, 05 Desember 2011

Tubuh-tubuh Diikat dan Perut Melilit

Tadi pagi buta ketika baru saja melintasi pemakaman tanah kusir, aku dikejutkan oleh sepeda motor yang melaju kencang memotong dari samping kanan kendaraanku. Aku sempat mengumpat juga sedikit saat menghindarinya.
Aku lebih terkejut lagi ketika melihat ada beberapa tubuh kecil lunglai tak berdaya diikat, dan dipaksa dimuat bertindihan di bagian depan motor yang dikemudikan kencang oleh pria sangar dengan pakaian serampangan. Aku sempat memperhatikan kalau tubuh-tubuh itu seperti bergerak lunglai dengan mulut ternganga dan ludah dan liurnya bercucuran. Melihat tubuh-tubuh itu, aku jadi trauma dan perutku langsung melilit…
Penasaran aku lantas mempercepat kendaraanku dan berusaha tetap berada di samping kiri motor itu. Pengendara motor itu lantas menatap tajam padaku.  Tepat di lampu merah pasar kebayoran kami berhenti bedampingan. Pengedara motor itu nyengir dan menatapku dengan antusias dan dingin. Saking penasarannya aku lantas bertanya: “Bang…ayamnya dijual?”

Minggu, 04 Desember 2011

10 Tolak Ukur Kemakmuran dan Kesejahteraan Rakyat Indonesia




Diunduh dengan Google
Perhatikanlah tempat penumpukkan sampah di TPA Bantar Gebang - Bekasi. Jika di sana telah berdiri pabrik yang mengolah sampah menjadi bahan industri bernilai ekonomi, dan  nampak sibuk dengan melibatkan sejumlah buruh yang memadai, serta tidak nampak lagi gerombolan pemulung yang mengais-ngais sampah itu. Jika tidak ada lagi pemulung dan keluarga yang tinggal di sekitar kubah sampah Bantar Gebang, itulah tanda  pertama.

Setidaknya lapisan masyarakat yang tadinya membiayai kehidupannya dari hasil memulung, telah beralih ke hasil pekerjaan melalui program penyediaan lapangan kerja pemerintah. Dengan penghasilan yang tentunya memenuhi standar hidup minimum menurut acuan PBB.
Diunduh dari hasil pencarian dengan Google
Diunduh dari hasil pencarian dengan Google

Selanjutnya, jika tidak terlihat lagi penumpang kereta Jabotabek yang berdesakan, atau tidak ada lagi yang bergantungan di pintu kereta, atau tidak ada lagi yang memaksa duduk di atas gerbong kereta, atau tidak terlihat lagi kesemrawutan di terminal bus antar kota, atau tidak terlihat lagi kemacetan total di jalan protokol atau kota-kota besar, itu adalah pertanda kedua.

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah telah berhasil meningkatkan pelayanan transportasi yang terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah.
Selanjutnya, jika tidak ada lagi subsidi BBM untuk transportasi bukan angkutan umum, itu adalah pertanda ketiga.
 
Setidaknya itu bisa berarti, pemerintah berhasil meyakinkan masyarakat bahwa dana subsidi BBM tersebut lebih tepat dialokasikan untuk kepentingan masyarakat yang benar-benar membutuhkan, seperti peningkatan pelayanan sosial, jaminan pelayanan kesehatan, pendidikan yang murah, serta penyediaan lapangan kerja baru dan kesinambungannya.

Selanjutnya, jika tidak ada lagi  perkampungan kumuh di sepanjang pinggiran kali di perkotaan maupun pedesaan, serta tidak ada lagi deretan jamban  yang berdiri sepanjang kali itu, serta air kali mulai terlihat jernih sepanjang tahun, demikian juga dengan air bersih yang tersedia melimpah bagi masyarakat bawah, itu sebagai pertanda keempat.

Diunduh dari hasil pencarian Google

Setidaknya itu bisa berarti, pemerintah telah berhasil melakukan penyuluhan hidup yang higenis serta menyediakan fasilitas air bersih gratis bagi masyarakat bawah. Setidaknya juga berarti masyarakat telah menyadari untuk hidup yang berkualitas bersamaan dengan pembenahan kondisi ekonomi yang terus meningkat, dalam arti pemerintah telah berhasil mendispersikan ketersediaan lapangan kerja sampai ke daerah-daerah terpencil.

Selanjutnya, jika tidak terlihat lagi sampah tumpah-ruah mengapung di parit atau kali Sunter yang hitam, atau di sungai Ciliwung, atau tumpukan sampah yang bau di samping pasar Ciputat dan sebagainya. Itu bisa sebagai pertanda kelima.
 
Setidaknya itu bisa berarti pemerintah telah berhasil dalam manajemen penanganan sampah, mulai dari pembinaan pada masyarakat, pembaharuan armada dan jadwal pengangkutan, pemilihan tempat pembuangan, pengembangan teknologi pengolahan sampah, serta pemanfaatan hasil pengolahan sampah dalam pembangunan yang terpadu.

Selanjutnya, jika tidak terlihat lagi anak-anak jalanan atau pengemis yang mengetuk jendela mobil, atau orang-orang yang menawarkan jasa membersihkan kaca mobil saat berhenti di kemacetan atau di lampu merah. Itu sebagai pertanda keenam.

Diunduh dari hasil pencarian Google

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah telah berhasil menangani masalah-masalah sosial, menegakkan peraturan perundangan yang berlaku, menyediakan tempat tinggal, santunan dan bimbingan sosial bagi
Kompas
Kompas

kelompok masyarakat ini untuk bisa mandiri, dan selanjutnya menyediakan lapangan kerja dengan penghasilan yang memadai untuk mencegah kembalinya masyarakat ini ke jalanan.

Selanjutnya, jika tidak terdengar lagi berita TKI yang akan dihukum mati atau TKW yang diperkosa oleh majikannya di Malaysia, atau Arab Saudi, atau di Singapore dsb. Atau jika tidak terdengar lagi berita ribuan TKI Ilegal dan Tidak Ilegal dipulangkan paksa oleh Malaysia, maka itu bisa sebagai pertanda ketujuh.

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah telah berhasil meningkatkan pendidikan formal masyarakat ketingkat profesional yang lebih kompetitif serta bermartabat. Setidaknya juga bisa berarti pemerintah berhasil dan mampu menyediakan lapangan kerja untuk lapisan masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah namun dengan penghasilan yang kompetitif dengan negara-negara tujuan kerja TKI.

Selanjutnya jika tidak terdengar lagi pergesekan antar umat beragama dalam kebebasan menjalankan dan mendirikan tempat-tempat ibadah, atau tidak terdengar lagi bentuk-bentuk intimidasi, maka itu bisa sebagai pertanda kedelapan.

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah telah benar-benar menjalankan tugas sesuai yang digariskan dalam UUD 45, atau setidaknya telah terbentuk kedewasaan sikap dalam masyarakat untuk mentaati peraturan perundangan yang berlaku.

Selanjutnya jika tidak terdengar lagi kasus penyalah-gunaan wewenang, atau tidak lagi ditemukan kasus-kasus manipulasi perkara peradilan oleh pejabat negara serta oknum masyarakat yang berkonspirasi yang dengan sengaja memicu kepada penyelewengan keuangan negara, maka itu bisa sebagai pertanda kesembilan.

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah dan jajarannya secara sungguh-sungguh telah menegakkan supremasi hukum, seadil-adilnya menurut hukum dan perundangan yang berlaku dengan demikian juga meminimumkan keraguan akan kepastian hukum yang mungkin terpikirkan ditengah-tengah masyarakat.

Selanjutnya, jika jumlah penduduk miskin turun dari 32.520.000 (14,15%) ke prosentase yang dapat dianggap wajar menurut ukuran Bank Dunia. Demikian juga dengan pendapatan perkapita Indonesia tahun 2009 jika dapat meningkat lebih besar dari 2.590,1 USD , maka itu bisa sebagai pertanda kesepuluh.

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah berhasil dalam program-program ekonominya, apakah melalui perbaikan stimulan untuk masuknya modal asing maupun penerapan kebijakan baru atas regulasi perbankan maupun pajak bagi usaha industri menengah ke bawah.

Jadi, jika sepuluh tolak ukur ini belum semuanya ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia, artinya kita masih dalam perjalanan mendaki daratan terjal menuju kemakmuran dan kesejahteraan.

Jumat, 02 Desember 2011

Sudah Waktunya Beralih dari Bahan Bakar Fosil



Harga minyak dunia yang terus bergerak naik yang pada hari ini telah mencapai US$ 122,36 untuk Brent Crude Oil,dan US$ 109,39 WTI Crude Oil, jika tidak kembali ke harga kisaran US$ 80 jelas akan memberikan dampak buruk pada iklim perekonomian kita. Ketidak mampuan pemerintah untuk meningkatkan produksi minyak menunjukkan bahwa cadangan bahan bakar fosil kita sudah semakin menurun, jika menurut Menteri ESDM minyak kita masih mungkin diproduksi hingga 23 tahun lagi, maka menurut saya, dengan laju konsumsi seperti sekarang dan jumlah cadangan saat ini, maka produksi minyak kita hanya tinggal 7 tahun lagi. Tapi siapalah saya, apa untungnya mempercayai kalkulasi atas dasar asumsi yang saya buat.

Sekali lagi tentang kalkulasi. Mundurnya beberapa pejabat BPMIGAS berkaitan dengan ketidakmampuan mengkoordinasi KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) untuk meningkatkan produksi merupakan sinyal utama bahwa produksi minyak hampir tidak mungkin ditingkatkan lagi. “Bulan madu sudah berakhir kawan! Wake up man…” Mundurnya pejabat BPMIGAS karena pencapaian produksi 907 ribu barel dari 970 ribu yang ditargetkan mungkin merupakan pencapaian yang tertinggi hingga 7 tahun mendatang. Di tahun-tahun mendatang jelas jumlah kebutuhan dalam negeri akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk yang menukik tajam dengan laju pertumbuhan 2,5% per tahun. Saat ini komsumsi dalam negeri telah mencapai 1,3 juta barrel per hari dan akan terus meningkat hingga 2,2 juta barrel pada tahun 2020, dimana pada saat itu jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 304 juta jiwa.

Logikanya, semakin tinggi produksi yang ingin dicapai, semakin cepat pula cadangan minyak kita terkuras. Persoalan yang lain adalah saat ini pemerintah setiap harinya harus menombok sekitar 550 ribu barrel untuk konsumsi dalam negeri mengingat 15% dari total  produksi 907 barrel itu milik KKKS. Jika dihitung dengan harga minyak sekarang, katakanlah dengan harga WTI Crude Oil, maka sedikitnya pemerintah membelanjakan US$ 60,2 juta setiap harinya. Dengan kurs rupiah 8.650 per dollar maka belanja pemerintah itu mendekati 1/3  biaya gedung DPR yang akan dibangun itu.

Logikanya, semakin mudah persyaratan memiliki kendaraan bermotor, semakin banyak masyarakat memilikinya. Semakin lama BBM subsidi dipertahankan, semakin boros masyarakat menggunakannya. Semakin  boros BBM subsidi digunakan, semakin tinggi konsumsi bahan bakar dalam negeri. Semakin tinggi konsumsi minyak dalam negeri, semakin besar belanja pemerintah. Semakin besar belanja pemerintah untuk kebutuhan konsumtif, semakin besar penggunaan cadangan devisa. Akhirnya, cadangan devisa akan semakin kecil.. dan secara pasti, perekonomian kita akan semakin runtuh pada titik terendah, disaat minyak mencapai harga tertinggi, disaat kita harus membeli seluruh kebutuhan minyak dalam negeri, maka saat itu kita harus berhutang untuk membeli minyak demi kebutuhan konsumtif masyarakat yang telah dan terus dimanjakan bertahun-tahun dengan subsidi, demi apa yang yang disebut dengan “mempertahankan stabilitas politik”. Hutang-hutang itu pun tentunya didisain sedemikian rupa oleh pemberinya yang selanjutnya akan menjadi beban yang pada saatnya  nanti tidak mampu kita atasi lagi. Hingga akhirnya, bangsa ini menuju pada penghancuran yang mendasar, keterpurukan ekonomi, dan resiko perpecahan dari negara kesatuan yang selama ini berusaha dipertahankan.

Saat ini, sebelum terlambat, tidak ada yang lebih baik daripada menghentikan subsidi BBM! Penghentian ini akan memicu masyarakat Indonesia untuk kreatif menemukan bahan bakar alternatif, inovatif dalam teknologi terapan yang efektif dalam mengkonsumsi BBM yang mahal.

Ketika terpuruk dalam kemiskinan dan tekanan penjajahan, sejarah membuktikan bahwa bangsa ini mampu untuk tetap bertahan hidup. Kreatif, hingga masyarakat pedesaan pada waktu itu mampu menemukan bambu menjadi sayuran yang lezat (rebung). Atau apapun yang dari hewan potong tidak ada yang terbuang, mulai dari rujak jingur sampai sop buntut dan kerupuk kulit hingga sambal goreng darah. Sejak jaman Empu Gandring, kita adalah bangsa yang memiliki kemampuan mengolah metalurgi tingkat tinggi, hingga mampu memproduksi keris dari bahan campuran logam yang sebenarnya dalam mengolahnya membutuhkan kondisi tekanan dan temperatur tertentu. Namun bangsa kita, dengan hanya memanfaatkan keahlian dan teknologi tradisional, mampu memproduksi metal, keris yang memiliki kualitas yang bertahan berabad-abad.

Saatnya untuk bangkit dari kemalasan dan kemanjaan akibat penerapan BBM bersubsidi. Saatnya mendepak alasan-alasan klasik yang dapat muncul jika subsidi dicabut, seperti kerusuhan sosial, ketidakstabilan politik, dan sebagainya. Hentikan pembodohan. Bangkit, kembalilah pada karakter dasar bangsa yang kreatif dan inovatif. Temukan energi-energi baru yang ramah lingkungan, murah dan dapat diperbaharui. Sudah waktunya beralih dari penggunaan bahan bakar fosil yang mahal, dan yang jelas-jelas telah menjadi penyebab utama pada masalah pemanasan global.

Rabu, 30 November 2011

Mengapa Semakin Amburadul?

Foto: Kompas
Dengan didampingi pengacaranya, Gayus membacakan pengakuannya di luar sidang setelah vonis Hakim. Dengan pengakuan itu membuat kita semakin pasti bahwa  alangkah bobroknya proses penyelesaian hukum di negeri ini. Hari ke hari, borok demi borok yang terkuak menggiring masyarakat pada satu kesimpulan bahwa mereka yang telah disumpah untuk mengabdi, ternyata telah bersumpah palsu dan berhianat kepada bangsa dan negaranya.

Kasus-kasus seperti Gayus, Century, dan Antasari telah menjadi peralatan perang dan tameng pertahanan  para kemaruk kekuasaan di balik partai-partai besarnya. Dalam kesabarannya rakyat hanya menonton sambil menutup hidung mencium aroma busuk yang semakin memuakkan.

Jika rakyat terus digeber dengan masalah dan motif yang sama secara berulang, dan secara menerus tidak juga ada solusi  standar menurut peraturan perundangan yang berlaku,  maka  prilaku politikus kampret ini bisa menjadi pemicu rakyat  mencapai tingkat kebingungan yang tidak terkendali. Jika ini terjadi, maka yang mencuat adalah mosi tidak percaya kepada proses dan sistem yang diterapkan.

Belajar dari sejarah Ceko, tingkat kebingungan dan frustrasi yang akut atas sistem pemerintahannya telah memicu  rakyat untuk turun ke jalan dan melakukan persidangan dengan caranya sendiri. Tentu saja kita tidak ingin itu terjadi di negeri tercinta ini.

Negeri ini, negeri yang penuh cinta dan kesabaran. Entah bagaimana para politikus kampret ini mendapatkan genetiknya, sehingga yang menonjol adalah sifat penghianatan terhadap cita-cita luhur negeri ini. Penghianatan atas sumpahnya sendiri dalam berkomitmen meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.

Dari kasus-kasus ini masyarakat semakin pasti menilai bahwa apa yang mereka perjuangkan tidak lebih dari memuaskan diri sendiri, mengejar, mempertahankan dan menikmati kekuasaan. Di tengah kemelut ini, di antara konflik mereka yang saling menjatuhkan, yang saling menyerang demi melegakan dahaga kekuasaannya, telah jelas dan terbukti bahwa kepentingan masyarakat secara keseluruhan telah terabaikan. Bangsa ini hanya jalan di tempat, sementara politikus menurut benderanya bersama aparat yang terkait secara emosional politis  mengutak-atik sistem yang baku menjadi kostumasi. Dengan demikian keluaran dari sistem ini dapat sesuai dengan kehendak mereka.

Bagi mereka, keluaran ini mungkin bisa menenangkan meski bersifat sementara. Bagi masyarakat umum yang tidak terkait secara emosional politis, itu adalah ketidakpastian. Itu artinya masyarakat berhak meragukan dan meminta kalian semua mundur, mengembalikan kendali pemerintahan ini kepada kondisi yang sesuai dengan cita-cita luhur mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bangsa tanpa ribut-ribut yang berkepanjangan.

Penguatan Rupiah Tidak Membuat Harga Pertamax Turun


Dengan kendaraan saya yang sama yang dapat bergerak sejauh 100 km dengan 10 liter pertamax, di tahun 2009 saya perlu membeli Pertamax dan mennghabiskan sedikitnya Rp 65.000. Hari ini, untuk menempuh jarak yang sama saya harus menghabiskan uang sebanyak Rp 89.000. Perlu saya jelaskan disini bahwa 100 km adalah jarak tempuh tetap saya dari rumah ke kantor untuk selama dua hari. Sebagai pekerja yang produktif, jika perbedaan ini menjadi tetap dalam setahun saja, dan jika diasumsikan saya bekerja selama 250 hari, saya jelas mengalami kerugian sebesar Rp 3.000.000. Aneh… ditengah penguatan rupiah, dan yang katanya ekonomi menguat saya merugi 3 juta rupiah per tahun dan itu baru untuk transportasi pribadi saja.
Kerugian ini tentulah mempunyai dampak pada kemampuan daya beli saya. Jika hal yang sama terjadi pada sejumlah besar pekerja produktif, artinya ada sejumlah besar masyarakat yang menurun daya belinya sehingga juga mempengaruhi perputaran roda ekonomi pada tingkat tertentu. Jadi dimana sebenarnya pengaruh penguatan rupiah ini.
Nah untuk mempertahankan daya beli saya, mau tak mau saya terdorong menggunakan BBM bersubsidi. Tetapi itu tidak mungkin dilakukan. Karena desain kendaraan sekarang pun sudah mempertimbangkan penggunaan Pertamax, sehingga bila ini tetap dipaksakan, maka saya pun akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi, harga spare part sudah lazim meningkat dari menurun. So, kasihan juga.

Selasa, 29 November 2011

Mungkinkah Lift Terjerembab dan Hancur di Lantai Dasar?

Jika anda berada di lantai dasar dan ingin naik ke lantai teratas gedung yang tingginya 508 meter, dan tiba disana hanya dalam waktu kurang dari satu menit, saat ini hanya bisa terjadi di The Taipei Financial Center. Lift gedung ini mempunyai kecepatan maksimum 1,010 meter per menit (60.6 km per jam), hampir 3 kali kecepatan lift Wisma 46 Kota BNI yang tinggi gedungnya hanya 250 m.
Kecepatan elevator 60.6 km per jam (1,010 meter per menit) ini adalah rekor dunia sebagaimana yang tercatat dalam Guinness World Records edisi 2006. Kecepatan ini bisa tercapai karena elevator dilengkapi sejumlah peralatan hasil produksi teknologi tinggi.

Bergerak dengan kecepatan ini, konstruksi elevator haruslah dilengkapi dengan perangkat pengaman khusus seperti bantalan (bearing) yang tahan hingga temperature melebihi 1000°C. Selain itu, tentu saja dilengkapi dengan peralatan sistem pengendalian yang mampu meredam getaran termasuk getaran electromagnetic yang timbul akibat kecepatan tinggi tersebut. Teknik ini membuat elevator dapat dioperasikan tanpa suara yang berisik.

Perangkat lain yang juga penting adalah system pengendali tekanan di lorong konstruksi elevator. Tinggi lorong konstruksi elevator The Taipei Financial Center adalah 388 meter. Saat elevator bergerak naik kecepatannya bisa mencapai 1,010 mpm ditempuh dalam 38 detik, dan saat bergerak turun maksimum kecepatan adalah 600 mpm yang ditempuh dalam 48 detik. Perbedaan tekanan atmosfir antara lantai berangkat dan tujuan adalah 48 hPa atau 0.047 atm (atmosfir standar). Sistem ini berfungi mengendalikan tekanan agar kenyamanan tetap dirasakan meski perubahan tekanan secara mendadak terjadi.

Kapsul pada Elevator dirancang dengan bentuk yang aerodinamis sehingga pada kecepatan tinggi udara dalam lorong elevator dapat ditembus secara halus dan tidak menimbulkan suara yang berisik sebagaimana yang terjadi pada elevator konvensional.

Dengan meningkatnya pembangunan gedung-gedung pencakar langit, maka kebutuhan elevator dengan kecepatan tinggi juga meningkat. Elevator masih tetap menjadi system transportasi vertikal di gedung pencakar langit metropolitan.

Mungkin karena telah menjadi kebiasaan sehari-hari, mereka yang bekerja atau tinggal di kota -kota metropolitan, yang dari waktu ke waktu bergerak dari satu lantai ke lantai lainnya  dengan menggunakan elevator, hampir tidak memikirkan bagaimana cara kerjanya. Sampai suatu kejadian kecil seperti terjebak dalam lift saat arus listrik padam. Tetapi selain daripada itu, pertanyaannya adalah seberapa baikkah kerja peralatan pengaman yang dipasang pada konstruksi elevator?

Berikut adalah salah satu  model penjelasan yang diambil dari salah satu artikel di http://science.howstuffworks.com/elevator3.htm
Mungkin anda pernah menonton beberapa cerita film yang memperlihatkan suasana panik dan mencekam ketika kabel lift putus.   Lift seketika meluncur kencang ke bawah, beberapa kali membentur bagian-bagian lorong lift sebelum terjerembab hancur disertai ledakan dan bola api yang dahsyat saat terhempas di lantai dasar.  Bahkan di Disney Land ada satu atraksi menguji keberanian pengunjung dengan menaiki elevator yang meluncur ke bawah seperti tak terkendali melewati 13 lantai.

Untungnya, elevator dalam dunia nyata memiliki banyak perangkat pengaman, sehingga hal semacam itu tidak pernah terjadi.
Dalam sistem elevator menggunakan kabel, kabel baja yang melewati sistem katrol (lihat 1), diikatkan pada bagian atas kabin elevator. Pengertian sistem katrol adalah katrol dengan permukaan yang beralur, terletak pada bagian pucak konstruksi elevator. Alur pada sistem katrol berfungsi menggenggam kabel baja (lihat 2). Jadi pada saat mesin listrik memutar sistem katrol, kabel juga ikut bergerak (lihat 3) dan kabin elevator juga bergerak (lihat 4). Kabel yang mengangkat kabin elevator juga dihubungkan dengan sistem kesetimbangan beban, yang menggantung pada sisi yang berlawanan dari sistem katrol. Kabin dan sistem kesetimbangan beban kedua-duanya meluncur pada sepanjang jalur rel baja.


Setiap kabel elevator dibuat dari kumpulan material baja yang panjang yang memlilit satu sama lain. Kabel ini sangat jarang bisa terputus tiba-tiba, apalagi dengan inspeksi yang regular dilakukan untuk mengamati tingkat keausannya. Kenyataannya meski kabel bajapun tetap saja bisa rusak. Jadi apa yang bisa terjadi selanjutnya?
Hampir semua katrol elevator didisain untuk beberapa pasangan kabel - totalnya antara empat dan delapan. Jadi meskipun satu kabel yang terputus, sisa kabel yang lain akan tetap dapat menahan kabin elevator ke atas. Sebenarnya meskipun hanya satu kabel yang tersisa akan tetap mampu menahan kabin elevator ini.
Safeties (Tambat Pengaman) dan Governor


Seandainya semua kabel ternyata terputus, bagaimana jadinya? Pada kondisi ini, secara otomatis tambat pengaman elevator (elevator’s safeties) akan tertendang mengait ke klem yang ada di jalur rel baja. Tambat pengaman (Safeties) adalah sistem pengereman pada kabin elevator yang mencengkram kedalam klem yang ada di alur rel baja untuk jalur naik dan turunnya poros elevator (lihat 1).

Beberapa tambat pengaman menjepit rel tersebut, sementara yang lain mengarahkan ganjalan ke dalam lekukan yang ada di rel tersebut (lihat 2). Biasanya tambat pengaman di aktivasi oleh kecepatan mekanis governor.

Governor adalah katrol yang berputar ketika elevator bergerak. Pada keadaan governor berputar sangat cepat, gaya sentrifugal akan segera mengaktifkan sistem pengereman.
Di bagian dasar

Jika ternyata safeties (tambat pengaman) gagal berfungsi, kabin elevator bisa anjlok meluncur, tetapi bukan jatuh bebas. Terjadi hambatan sepanjang rel dan hambatan oleh tekanan dari bagian bawah kabin. Hambatan ini akan semakin memperlambat gerak kabin (anda akan merasakan lebih ringan dari kondisi normal). Saat terjadi benturan, kabin akan terhenti dan anda akan terpental ke lantai.

Dalam kasus ini, ada dua hal yang akan membalkan benturan. Pertama, waktu terjatuh, kabin elevator akan memampatkan udara di bagian dasar lorong poros elevator, pengertiannya hampir sama dengan kerja piston pompa sepeda ketika ditekan. Tekanan udara akan memperlambat gerak turunnya kabin elevator. Kedua, kebanyakan elevator memiliki peredam getaran juga pada bagian dasar porosnya - biasanya berupa piston dengan silinder yang berisi minyak. Kondisi inilah yang menhindarkan benturan yang fatal (lihat 2).

Jika semua alat pengaman ini ada ditempat yang semestinya, dan inspeksi secara teratur dilakukan, serta perawatan dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka anda akan punyai kesempatan luar biasa untuk selamat jika menghadapi kecelakaan elevator.

Senin, 28 November 2011

Terjadi Kematian Masal Sapi Perah

Pada tahun 2008 diduga terjadi kematian sapi perah yang mengemparkan seluruh pelosok tanah air.  Tidak tanggung-tanggung kasus kematian yang diduga sapi ini telah menyeret beberapa pejabat tinggi negara ke DPR untuk dimintai keterangannya. Uniknya sampai saat ini kasus kematian itu belum tuntas benar apa penyebabnya dan siapa yang bertanggung-jawab. Diduga sebagai sapi perah, sapi ini sebenarnya telah menghasilkan Rp 6,7 triliun sebagai nilai cairan susu segar yang dicurahkan langsung dari sumbernya (Bank Indonesia). Kasus ini lebih populer dikenal sebagai Century Gate.

Sapi perah diternakan untuk menghasilkan susu. Susu adalah sumber nutrisi terbaik, tidak hanya mengandung kalsium yang tinggi untuk tulang, tetapi juga mengandung gizi utama seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Dalam liputan Antara News menyebutkan, tingkat konsumsi susu Indonesia adalah terendah di Asia Tenggara, yaitu hanya 11,7 liter  di bawah Vietnam yang mencapai 15 liter per kapita. Dengan jumlah penduduk 237 juta,  sedikitnya diperlukan 2,8 milyar liter susu per tahun agar penduduk Indonesia bisa bertumbuh kuat dan sehat.

Selanjutnya bila digunakan harga susu sapi dunia Rp 6000 per liter, maka biaya yang dihabiskan untuk konsumsi susu saja dapat mencapai Rp 16,6 triliun per tahun. Untuk itu diperlukan 760 ribu sapi yang siap diperah setiap hari, dengan asumsi setiap satu ekor sapi perah hanya mampu berproduksi 10 liter per hari.

Menjelang tahun 2014, berkaitan dengan pesta demokrasi pemilihan umum calon legislatif dan presiden, dipastikan konsumsi susu akan meningkat drastis. Jika mempertimbangkan total biaya kampanye pilpres 2009 yang teraudit (di luar biaya kampanye pemilihan legislatif) yang mencapai Rp 600 milyar, dan  umumnya dana sebesar itu  datang dari para penyumbang kakap yang ingin jagoannya menang dalam pemilu tersebut, maka jelas partai-partai tentu akan memerlukan dana lebih besar lagi bila ingin sukses dalam pesta demokrasi itu. Cara-cara lama yang digunakan, seperti dugaan pada Century Gate yang dianggap telah merugikan negara Rp 6,7 triliun (atau kalau disetarakan sama dengan kematian masal produksi 300 ribu sapi perah dalam setahun), sedapat mungkin akan dihindari oleh para pemain ini.

Mengingat Century Gate menjadi kasus yang berkepanjangan, dicurigai melibatkan partai-partai besar bermain di dalamnya hingga penuntasan kasus tersebut hanya berjalan di tempat. Sementara tokoh-tokoh yang dicurigai terlibat pun juga bermain kartu dengan memaparkan borok-borok pengemplangan pajak dari para penggugat Century. Jelas, dampak yang ada saat ini adalah status quo. Kondisi masyarakat dengan segala kebutuhannya telah terabaikan karena sebagian besar pengurus negara ini hanya sibuk mengurusi melindungi diri dan partainya dari jeratan hukum. Untuk itu kebutuhan biaya kampanye yang diduga biasanya datang dari satu sapi perah, untuk tahun 2014 strategi seperti ini kemungkinan besar akan diperhalus dengan cara memelihara beberapa sapi perah, yang mana jika diperah pun sapinya tidak akan langsung mati lagi. Misalnya dengan cara memanipulasi  harga saham krakatau steel yang telah diprivatisasi, atau jika Pertamina bisa mengakuisisi Medco yang tentu saja dengan harga saham yang dihitung dapat memberikan gain sampai  nilai tertentu… dsb.

Tetapi jika mau menerima saran, sebaiknya untuk pemilu 2014, partai-partai besar mulailah memelihara sapi perah benaran saja. Mengingat Indonesia ini begitu luas, masih banyak tanah kosong yang bisa digunakan untuk beternak sapi. Dengan harga susu sapi dunia Rp 6.000 per liter, dalam setahun partai-partai bisa mendapatkan Rp 6,7 triliun hanya dengan memelihara 300 ribu ekor sapi perah saja. Apalagi jika setelah usai pesta demokrasi, sapi-sapi perah itu dibagikan kepada masyarakat bawah untuk dilanjutkan berproduksi, maka yakinlah every body will be happy.

Minggu, 27 November 2011

Masyarakat Mudah Kerasukan, Gejala Apa?


1297300735367738012
Foto: KOMPAS



                                         
Dalam banyak kasus kerusuhan, massa yang terlibat cenderung memperlihatkan amarah yang berlebihan melewati batas normal. Sebagian dari mereka yang biasanya dikenal sopan, kalem dan sabar, tiba-tiba bisa menjadi brutal, tidak terkendali, seperti bukan dirinya lagi. Siapa yang mengira seseorang yang sering terlihat di pangkalan ojek yang berperilaku sopan, ramah dan selalu mendahului mengucapkan salam, santun dalam bertutur-kata, ternyata bisa berubah menjadi monster yang terang-terangan menyulut api membakar kendaraan, berteriak-teriak dengan amarah yang dahsyat, melempar batu ke arah gedung diam yang tidak melawan sedikitpun. Siapa yang menyangka seseorang yang seperti sahabat dekat yang ramah, senang menolong tetangga yang sedang susah, tapi ketika berada dalam kerusuhan ia berubah menjadi gorila ganas yang mengamuk, menendang, memukul dan menendang lagi tubuh seseorang yang sudah terkulai ambruk tidak berdaya, yang dianggapnya musuh dari kelompoknya?

Jika kita melihat ulang dokumentasi kerusuhan Mei 98, disana ada banyak bentuk-bentuk kemarahan yang melewati ambang batas normal kemarahan manusia. Ada seseorang dalam kemarahannya berteriak-teriak memanjat lampu pengatur jalan, memecahkan lampu-lampunya kemudian turun merobohkan tiangnya. Kemudian berlari, berteriak-teriak lagi, ikut dalam gerombolan membalikkan kendaraan dan membakarnya. Ada  juga seseorang yang dengan tangan kosong membongkar beton separator jalan kemudian membantingnya ke tengah jalanan, dan terus berulang-ulang melakukannya. Sungguhlah sangat besar energi yang diperlukan untuk itu. Dalam kondisi normal, seseorang pastilah tidak akan mampu melakukannya sendirian saja.

Lalu dari mana datangnya energi kemarahan yang dahsyat itu? Mengapa ketika energi itu ada, secara bersamaan yang terjadi adalah aksi perusakan, dan penghancuran atas hasil buatan manusia sendiri? Mengapa masyarakat kita yang tengah berunjuk-rasa cenderung  dimuati energi yang menggiring massa menjadi mengamuk? Apakah massa pengunjuk-rasa memang mudah dimuati energi demikian? Apakah muatan energi dahsyat yang demikian sama dengan kerasukan? Mengapa masyarakat ketika berunjuk-rasa menjadi mudah kerasukan? Adakah penyebabnya?

Dalam ilmu fisika energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu usaha / kerja. Energi tidak dapat dilihat. Yang terlihat adalah akibat adanya energi tersebut. Kerasukan berasal dari kata dasar - rasuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kerasukan artinya kemasukan roh jahat.  Roh jahat sering dibicarakan dalam kitab-kitab suci.  Energi yang berasal dari roh jahat kerap disebut energi negatif.

Kejadian orang yang kerasukan roh jahat sebenarnya sudah terjadi sejak dulu. Namun sekarang, rupanya kinerja roh jahat semakin menjadi-jadi sehingga bisa merasuki banyak orang dalam satu kesempatan sekaligus seperti yang terlihat dalam unjuk-rasa atau yang terjadi pada murid-murid sekolah sebagaimana yang pernah ditayangkan media-media akhir-akhir ini.

Akibat dari pelampiasan energi negatif sangatlah destruktif dan bahkan bisa sampai mengakibatkan penghilangan nyawa manusia. Pelepasan energi negatif seringkali meninggalkan bekas yang mengintimidasi kedamaian. Genosida sistematis yang dilakukan Jerman Nazi (yang dikenal dengan Holocaust) terhadap berbagai kelompok etnis, keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia II, khususnya pada Bangsa Yahudi di Eropa adalah salah satu contoh pelepasan energi negatif. Contoh lain adalah penganiayaan atas kaum kulit hitam di Amerika oleh organisasi KKK, atau penganiayaan TKI/TKW oleh polisi Malaysia, atau perseteruan antara jemaat HKBP di Medan, atau contoh yang masih segar dalam ingatan kita adalah kerusuhan yang  terjadi  beberapa hari lalu, penganiayaan atas jemaah ahmadiyah, serta pembakaran gereja secara brutal di Temanggung  oleh kelompok pengunjuk-rasa. Semua akibat ini bila ditelaah dengan rasional, dapat disimpulkan tidaklah mungkin bila manusia dalam keadaan sadar mampu terdorong untuk melakukannya.

Apa yang membuat massa pendemo pada tingkat tertentu menjadi tidak sadar hingga masuk pada fasa bermuatan energi negatif?

Muatan energi negatif bisa datang tidak hanya pada kaum miskin, atau ekonomi lemah, atau kaum berpendidikan rendah saja,  tetapi juga pada semua tingkat lapisan masyarakat, termasuk pada wakil rakyat di dalam gedung DPR (ingat beberapa keributan yang terjadi terjadi di sana). Namun kerusuhan dahsyat dengan pelepasan energi negatif umumnya terjadi pada masyarakat lapisan bawah. Menurut MetroTV ada lebih dari 40 kasus kerusuhan bernuansa SARA yang terjadi pada tahun 2010.

Besar kemungkinan massa pendemo yang dimuati energi negatif hingga melakukan kerusuhan fatal karena dipicu oleh beberapa kondisi ketidakpastian, seperti ketidakpastian hukum, ketidakpastian keadilan, ketidakpastian penghasilan karena usaha perlindungan atas ketenaga-kerjaan yang rapuh, ketidakpastian kesempatan membuka usaha karena sulitnya mendapatkan pinjaman serta bunga bank yang tinggi dan mencekik, ketidakpastian lapangan kerja karena pertumbuhannya yang lamban, ketidakpastian kesempatan memiliki pendidikan tinggi karena biaya yang tidak terjangkau, ketidakpastian penuntasan kemiskinan dimana harga-harga bahan sandang dan pangan terus meningkat dan mahal, serta ketidakpastian perlindungan atas kebebasan beribadah dan seterusnya.

Setiap ketidakpastian menimbulkan sejumlah energi negatif. Semakin banyak ketidakpastian semakin besar energi negatif yang terakumulasi. Akibat dari semua ketidakpastian itu adalah kepincangan sosial. Gap antara yang kaya dan miskin menjadi semakin lebar. Kecemburuan sosial menjadi tumbuh subur. Selanjutnya, kerusuhan  sosial yang fatal dan segala akibatnya jelas merupakan klimaks dari meledaknya energi negatif yang telah terakumulasi secara sistematis dalam masyarakat.

Dalam akumulasi energi negatif yang semakin besar, masyarakat menjadi semakin mudah kerasukan. Ketidakpastian jelas telah menimbulkan dampak sistemik pada kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan masyarakat

Jumat, 25 November 2011

Jangan Paksa Kami Melakukannya!

Adalah hal yang biasa saja di tahun 2010 ini, bila sebagian murid kelas lima atau enam SD di kota-kota besar di Indonesia, sudah mengerti tentang apa kegunaan benda yang bermerek “BlackBerry”. Bila kita coba melihat lebih jauh lagi sampai ke pedesaan, kemungkinan besar sampai tingkat tertentu telepon genggam bukanlah hal yang baru lagi.

Daya serap atas pengertian kegunaan benda ini, selain dipicu oleh mudah dan terjangkaunya nilai informasi dan produk teknologi terapan bagi masyarakat saat ini, juga didukung oleh cepatnya pertumbuhan tingkat intelektual anak didik sebagai umpan balik dari terapan informasi dan teknologi itu sendiri.

Dibanding dengan orang dewasa, banyak dari mereka yang bahkan lebih fasih dengan fitur-fitur yang ada dalam benda tersebut. Bisa demikian karena dalam kesehariannya, mereka punya cukup waktu untuk membahas hal-hal baru tersebut dengan teman-temannya, atau membaca buku petunjuk, dan melakukan eksperimen serta mengulanginya.

Sebagian orang tua menganggap adalah hal yang wajar saja bila melengkapi putra-putrinya dengan benda ini. Dalam arti, keperluan orang tua akan kemudahan dalam berkomunikasi, serta dorongan untuk memperbaharui atau meningkatkan pengetahuan putra-putrinya akan perkembangan baru teknologi terapan yang digunakan secara umum.

Menurut data BPS, Angka Partisipasi Murni untuk tingkat Sekolah Dasar sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 adalah 93,98 % atau jika diekstrapolasikan secara kasar menjadi 94,56 % atau ada 26,5 % yang hanya memiliki pendidikan SD dari 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia saat ini.

Mari kita hidupkan mesin waktu untuk kembali ke 30 tahun yang lalu. Zeebbb… kita berdiri di depan sekolah dasar di pinggiran kota, kebetulan jam istirahat anak-anak sekolah. Beberapa murid SD sedang berkumpul bercerita tentang film seri kartun BATMAN yang diputar seminggu sekali di TVRI, hanya itu satu-satunya stasion TV yang ada. Sebagian lagi sedang bermain sepak bola menirukan gaya-gaya pemain nasional seperti Roni Pattinasarany, Rully Nere atau Bambang Nurdiansyah atau petenis terkenal John MC Anroe atau Bjorn Borg dan sebagainya. Pembicaraan teknologi yang paling mutahir hanya berkisar pada film Star Wars Episode V. Tidak ada diskusi atau kemampuan argumentasi seperti anak-anak SD sekarang yang luas dan cukup dalam, sebagai dampak dari banjirnya informasi melalui macam-macam Stasion TV, Facebook, Twiter dan sebagainya.
Jika Angka Partisipasi Murni untuk tingkat Sekolah Dasar diekstrapolasi secara kasar ke tahun 1980, maka ada 85,9 % atau ada 37,5 % (55,3 juta) yang hanya memiliki pendidikan SD dari 147,5 juta jiwa jumlah penduduk Indonesia tahun itu.

Sekarang kita kembali ke tahun 2010. Jika saya asumsikan 10 % dari 55,3 juta tersebut masih ada, itu artinya mereka tergolong berusia sekitar 30 – 40 tahun, dengan jumlah sekitar 5,53 juta orang yang masih berjuang hidup dengan tingkat pendidikan SD saja. Bila saya asumsikan lagi bahwa 10 % nya adalah sebagai TKI yang bekerja di Malaysia, maka sedikitnya mereka ada sebanyak 553 ribu orang dengan pengetahuan dan intelektual tingkat Sekolah Dasar era tahun 1980-an.

Adalah menjadi keprihatinan bangsa, oleh sebab setidaknya sekitar 553 ribu jiwa ini telah dijadikan obyek taruhan pelecehan akan nilai-nilai kemanusiaan oleh pihak asing bagi martabat dan kejiwaan bangsa Indonesia. Keluguan serta standar pengetahuan mereka yang rendah telah dijadikan standar pemenuhan persyaratan minimum bagi buruh industri dengan pembayaran terendah untuk keuntungan sebesar-besarnya pihak asing di tempat mereka bekerja.

Leluhur bangsa ini, pastilah menitikkan air mata, bila bisa mengetahui putra-putrinya diperlakukan buruk, disebut Indon, dikejar, dicambuk, dimasukkan dalam sel, ditumpukkan dalam kapal, dan dilepaskan ditengah lautan, diusir dari tanah mereka, setelah putra-putri ini mengabdikan tenaganya dengan sepenuh hati, dan sejujurnya dalam keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya untuk pihak asing yang menjadi besar, namun begitu congkaknya hingga sama sekali tidak menghargai sumbangsih itu dengan sepantasnya.

Tidak ada kalimat lain yang lebih tepat atas perlakuan ini selain “Hentikan! Atau kami yang menghentikan kelakuanmu!”

Bangsa ini ada 237,6 juta jiwa, pangsa pasar anda, karena ada jumlah potensial yang sangat diperhitungkan, yang membeli dan menggunakan produk anda. Sikap meremehkan anda, dapat memicu naluri “Gerilya Bambu Runcing” generasi muda kami. Lebih dikenal sebagai “Low Profile” namun cemerlang ketika dalam tekanan. Tidak ingin pamer, tetapi memiliki intelektualitas dan keahlian masuk ke dalam sistem transaksi online. Membuktikan dan membeberkan sikap tidak bersahabat anda, dapat dilakukan dalam sistem, dan hanya dalam hitungan jam, dimana ada kepentingan anda di seluruh dunia, akan dapat menerima pesan: “system failure”! Itu artinya kerugian finansial, dan baru sejumlah kecil dari harga yang pantas anda bayar.
Jangan paksa kami melakukannya!

Rabu, 23 November 2011

Siasat Bank, KTA Syaratkan Kartu Kredit


 



Satu dari 19.000 penduduk Indonesia adalah pemegang Kartu Kredit. Dalam lima tahun sejak 2005 jumlah Kartu Kredit yang beredar bertambah dari 6 juta ke 12,5 juta kartu. Jika rata-rata setiap kartu memberikan kredit senilai Rp 12,8 juta, maka di tahun 2011 sedikitnya Bank Indonesia mencanangkan dana senilai Rp 160 triliun atau sekitar 13,3% dari APBN 2011. Dana sebesar ini didistribusikan ke sejumlah Bank atau badan keuangan sejenisnya untuk dikreditkan ke nasabah pemegang kartu kredit. Umumnya nasabah menggunakan untuk kebutuhan yang  bersifat konsumtif dan kecil kemungkinan untuk perputaran roda ekonomi yang berkelanjutan.

Nilai Rp 160 triliun ini besarnya sama dengan 163 kali Rp 978.6 miliar -  anggaran Kementrian Koperasi dan UKM dalam APBN 2011  yang sebagiannya dianggarkan untuk dana pengayoman 175 ribu anggota koperasi. Padahal semua mengerti bahwa Koperasi merupakan pintu terdepan transaksi ekonomi dengan masyarakat ekonomi lemah yang  memiliki peluang besar untuk perputaran roda ekonomi yang berkelanjutan.

Itu sebuah perbandingan saja, dimana kita perlu lebih jauh belajar menerapkan prisip ekonomi yang efisien dan efektif tanpa mengabaikan sektor yang sebenarnya sangat potensial dalam mendorong pengembangan ekonomi rakyat skala kecil dalam perkebunan, perikanan, industri kecil, kerajinan dan sebagainya.

Menjadi ironis bagi masyarakat ekonomi lemah yang ingin memulai usaha namun tidak memiliki kesempatan mendapatkan pinjaman modal. Besar anggaran yang dimiliki Kementrian Koperasi dan UKM sangatlah tidak sepadan dengan jumlah debitur di masyarakat ekonomi lemah yang beranimo memperoleh pelatihan dan pendidikan dagang dalam unit kerja koperasi. Kemungkinan besar anggaran tersebut  telah dirancang untuk pendidikan, penelitian dan pengembangan dengan prioritas anggota koperasi yang resmi terdaftar.

Sebagian dari kita mungkin pernah menerima SMS dari agen suatu Bank yang menawarkan KTA dengan salah satu syaratnya adalah copy Kartu Kredit yang masih berlaku. Persyaratan seperti ini merupakan siasat yang tidak sehat. Tidak ada hubungannya antara Kredit Tanpa Anggunan dengan Kartu Kredit yang dimiliki.

Tidak semua orang juga senang menggunakan Kartu Kredit, bahkan sebagian orang berpikir Kartu Kredit justru cenderung membebankan keuangan pribadi berdasarkan bunga dan sistem tagihan yang diterapkan, yang kadang tidak memiliki acuan yang baku.

 Pertanyaannya adalah “Mengapa Bank mempersyaratkan copy Kartu Kredit untuk pengajuan KTA?”
Ada kemungkinan istilah KTA hanyalah untuk tujuan mempermudah membujuk seseorang untuk meminjam sejumlah uang dari Bank, dibandingkan orang tersebut ditawarkan memiliki kartu kredit baru.  Jika diperhatikan lebih jauh, bunga KTA pun tidak lebih baik dari Kartu Kredit.

Kembali kepada kebutuhan modal oleh masyarakat ekonomi lemah, jika KTA mempersyaratkan copy kartu kredit yang berlaku, apa iya program ini bisa menjangkau mereka. Akhirnya toh KTA hanya untuk mereka yang tercatat mapan, yang memiliki kartu kredit, yang cenderung dipaksa untuk meminjam, bahkan hanya meminjam untuk tidak digunakan. Nilai Rp 160 triliun itu hanya berputar di lapisan tertentu, tidak menyentuh lapisan yang justru membutuhkan untuk perbaikan ekonomi dan kesejahteraan mereka.



Jangan Dimasukin Dulu...




Tulisan ini hanya untuk mereka yang dewasa, mengingat adanya material-material dan pembahasan  detil yang memerlukan sikap dewasa dalam memahaminya. Penulis berusaha mengungkapkan dengan cara apa adanya dalam bahasa yang sangat sederhana yang mudah dipahami oleh semua lapisan pembaca dewasa. Jika sisi keimanan anda merasa terusik oleh judul tulisan "Jangan Dimasukin Dulu...", sebaiknya jangan melanjutkan membacanya.

Masuk ke dalam paragraf ini, berarti anda telah tersaring sebagai pembaca yang merasa keimanannya tidak akan terusik oleh judul tulisan "Jangan Dimasukin Dulu..." Atau mungkin sebagian dari anda sebenarnya merasa tidak nyaman, tetapi dorongan rasa ingin tahu begitu besar sehingga tetap melanjutkan membaca meski sudah dianjurkan "jangan melanjutkan..."

Baiklah kalau begitu. Sampai disini, anda merasa belum ada kaitannya antara judul "Jangan Dimasukin Dulu..." dengan dua paragraf di atas yang telah anda baca. Tunggu, saya tidak ingin mengatakan "jangan meloncat ke paragraf di bawah..." karena larangan ini justru memicu anda untuk melakukannya.

Kata "Jangan" atau maknanya sepertinya mempunyai daya hipnotis  mungkin juga magis yang sangat kuat. Manusia terlahir hidup dan tumbuh dewasa bersamaan dengan rasa keingintahuan yang besar. Rasa keingintahuan itu membuat manusia mengenal, dekat dengan alam, menguasai ilmu pengetahuan dan sebagainya... dan sebagainya. Kata "Jangan" bermakna sangat berlawanan dengan dorongan rasa ingin tahu manusia. Sejak pertama kali diciptakan, manusia pertama kali pula melakukan pelanggaran atas kata "Jangan". Jadi tidak akan cukup waktu jika ingin menjabarkan semua pelanggaran atas kata "Jangan".

Jadi kata "Jangan" memang mempunyai daya hipnotis dan magis yang sangat kuat bagi manusia. Semakin dikatakan "jangan", maka akan semakin besar pula rasa ingin tahu manusia atas ada apa dibalik kata "jangan" itu. Jadi hati-hatilah terhadap kata "Jangan". Bagi anda yang telah membaca sampai paragraf ini, mungkin kecewa, "Jangan dimasukin dulu dalam hati" kalau memang tidak mendapatkan hubungan antara judul dan isi, yah... "Jangan dipikirin..."

Keputusan, Tidak Menepati


Gusar, hati panas, gigi gemeretak, terkadang meninju tembok, atau apapun bentuknya bisa merupakan suatu aksi untuk sekedar melepaskan beban tekanan emosi yang tengah menyesak di dada.  Itulah kemungkinan yang terjadi bila seseorang mengalami pembatalan janji atau komitmen yang tidak diduga sebelumnya. Sikap demikian tentu tidak bisa digeneralisasikan ke semua orang.

Beban emosi karena persoalan di atas bisa dikatakan manusiawi. Apalagi bila komitmen tersebut sangat menentukan keberhasilan urutan aktivitas berikutnya, menimbulkan efek domino, serta berdampak finansial dengan resiko negative cash flow. Dalam skenario terburuk, akibat selanjutnya dapat menimbulkan kepanikan bagi sebagian orang, atau dalam sekala besar terjadi gerakan anarkis terhadap perusahaan besar yang bangkrut, yang tidak mampu membayar gaji atau pesangon pegawainya.

Siapa sebenarnya yang mampu menahan diri, atau terlihat tenang, seakan tidak terpengaruh sedikit pun oleh pembatalan janji? Pertama, umumnya ditunjukkan oleh mereka yang mengerti bahwa pembatalan itu tidak berdampak apa-apa pada perencanaannya, kecuali pergeseran jadwal. Kedua,  umumnya oleh mereka yang telah menyiapkan secara detil urutan perencanaan aktivitas termasuk peran cadangannya. Ketiga, tentu saja mereka yang memiliki cadangan finansial yang besar.
Memutuskan untuk tidak menepati bisa disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari masalah kurangnya sumber daya, kepadatan jadwal, kerusakan alat produksi, gangguan atau perubahan jalur transportasi, hingga pada kerusakan dahsyat akibat bencana alam atau bentuk kerusakan yang dikategorikan dalam force majeure (kerusakan diluar kendali).

Dalam keadaan dimana keputusan untuk tidak menepati dilakukan secara sepihak, atau tanpa alasan yang dapat diterima menurut aturan yang disepakati bersama, maka pembatalan ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup berarti bagi kedua belah pihak. Bentuk kerugian bagi pihak yang dijanjikan telah dijelaskan di atas. Sementara kerugian bagi pihak yang membatalkan umumnya menyangkut masalah deklinasi dari  kredibilitas, imej, serta pencitraan. Ketiga hal ini merupakan hal-hal penting dalam segala segi hubungan kemanusiaan, bisnis maupun politik. Kredibilitas, imej, serta pencitraan adalah hal-hal yang tidak dapat dinilai dengan uang.

Seseorang atau organisasi akan membutuhkan waktu panjang untuk menjadikan atau mengembalikan kredibilitas, imej, serta pencitraan dirinya sebagai modal dasar, dalam kepentingan hubungan baik secara pribadi dengan sahabat, dengan rekan bisnis, ataupun rakyat secara umum dalam kancah politik.

Senin, 21 November 2011

Menuai Angin dari Paket Pepesan Kosong

Istilah pepesan kosong muncul dan menjadi bahan perbincangan setelah SBY menggunakan kata-kata itu sebagai kritik pada kinerja pimpinan daerah dan gubernur di Istana Bogor pada Februari 2011. Menurut pengertian saya kata pepesan adalah paket yang diekspektasikan terdiri dari bungkus daun pisang, isinya berupa ikan mas atau lainnya yang dilumuri bumbu dan penyedap, diolah menurut cara memasaknya dan siap disajikan. Dalam hal pepesan kosong yang dimaksud SBY bisa jadi itu adalah paket seperti yang baru saja disebutkan namun tanpa isinya.

Pepesan kosong ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Berbicara tentang PD berarti juga sama halnya dengan membicarakan SBY. Keberhasilan Partai Demokrat dalam memenangkan pemilu 2009 adalah sangat erat kaitannya dengan slogan “katakan tidak” dalam hal kampanye anti korupsi.  Slogan inilah yang membuat PD (Partai Demokrat) menjadi semakin pede karena menjadi favorit di kalangan anak muda serta golongan mengambang yang menginginkan perubahan dan pembaharuan. Golongan ini sebenarnya menggantungkan setingi-tingginya seluruh harapan pada PD demi terbentuknya pemerintahan dan masyarakat yang bersih dari KKN. Menuai angin karena nyatanya slogan itu tidak lebih dari pepesan kosong. Bergulirnya kasus-kasus dugaan korupsi oleh kader-kader unggulan terkait tersangka Nazarudin (mantan bendahara PD) telah mengikis dalam rasa kepercayaan atas komitmen PD  untuk memberantas korupsi.

Kalau Nunun serta tersangka lainnya bisa melenggang santai keluar dari Singapura dan tetap bebas di luar sana, mungkin saja di Singapura memang sudah ada konsultan yang bergerak di bidang penyembunyian atau perlindungan koruptor asal Indonesia. Tentunya akan menyangkut imbalan yang sepadan dengan tingkat keamanan dan kenyamanannya. Jika kesempatan menggunakan kosultan itu diambil oleh Nazarudin, maka perintah SBY untuk menangkapnya menjadi pepesan kosong pula.

Tapi istilah pepesan kosong yang menyakitkan dan justru dilewatkan oleh media massa adalah masalah-masalah sosial di tingkat masyarakat ekonomi lemah. Delapan tahun yang lalu ketika PD sukses membawa SBY terpilih menjadi presiden, ada rasa menggelora dari harapan yang besar akan terjadi perubahan berarti pada keadilan dan kesejahteraan sosial sebagaimana slogan PD dan SBY pada masa kampanyenya waktu itu. Nyatanya setelah delapan tahun berlalu, bangsa ini terlalu disibukkan dengan berita-berita dari masalah-masalah seperti: mafia hukum, mafia pajak, century gates, mafia pemilu, pecah belah PKB, skandal citybank dan Bank Mega dsb. dsb. Sepertinya pemerintahan yang tengah berjalan telah kehabisan waktu dan energi mengurusi kepentingan golongan dan pribadi demi mempertahankan eksistensi dalam lingkaran kekuasaan daripada mengurusi masalah-masalah kemiskinan yang semakin menjadi di tengah-tengah masyarakat. Contoh yang setiap hari ada di depan mata adalah kita tidak melihat adanya perubahan atas penanganan pengemis atau kaum papa yang mebawa bayi pada siang bolong hingga tengah malam ke pagi-pagi buta. Jumlah mereka bukan hanya satu atau dua, tapi mungkin ribuan. Terlepas dari kemungkinan adanya pihak-pihak yang mengorganisir yang jelas ini adalah bagian dari tanggung-jawab pemerintah atas kemiskinan warganya. Begitu banyak contoh tentang kemiskinan, dan yang terus tidak pernah teratasi adalah sempitnya lapangan kerja yang mendorong warga menjadi TKI ilegal dengan segala dampak hukum dan sosialnya. Dan yang paling penting adalah harga-harga sandang-pangan, listrik,  BBM, kesehatan,  transport, komunikasi dsb. yang terus melonjak naik menyebabkan nilai uang rupiah merosot lebih dari 30% dibanding 8 tahun yang lalu. Dan itulah yang nyata-nyata benar sebagai pepesan kosong.

Kamis, 17 November 2011

Bayi Perlu Waktu Sampai Matanya Benar Benar Bisa Melihat


“Seorang bayi belum dapat melihat dengan sempurna saat ia lahir. Bayi perlu waktu sampai matanya benar-benar bisa melihat suatu objek dengan fokus dan jelas. Melalui mata, otak mengkoordinasikan objek dan mengingat apa yang mata lihat”.  Itu adalah paragraf pertama yang terdapat dalam artikel di majalah Ayahbunda sebagai hasil pencarian di Google untuk pertanyaan: “Apakah bayi yang baru lahir langsung bisa melihat?”

Pertanyaan ini sangat sederhana. Bayi, lahir dan melihat merupakan kata-kata kunci dari pertanyaan itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata bayi memiliki arti: “Anak yang belum lama lahir”. Sementara “bayi tabung” berarti bayi hasil pembuahan yang dilakukan di luar rahim ibunya (di tabung). Dari KBBI juga kata lahir diantaranya bisa berarti keluar dari kandungan, atau muncul di dunia (masyarakat), atau berarti yang tampak dari luar, atau berupa benda yang kelihatan; keduniaan; jasmani. Satu hal yang terkait dengan kata lahir yang mempunyai makna yang menarik adalah kalimat: “Lahir prematur” yang berarti lahir dini yang salah satunya bisa disebabkan oleh kegagalan pertumbuhan janin. Kata melihat berasal dari kata dasar lihat. Dalam KBBI kata lihat bermakna menggunakan mata untuk memandang; (memperhatikan). Salah satu kalimat yang terkait dengan kata lihat yang mempunyai makna yang menarik adalah: “Melihat angin” artinya mengikuti saja pendapat orang banyak; tidak berpendirian. Atau kalimat lain seperti “Melihat arus” yang bermakna menyesuaikan diri dengan situasi (politik, pendapat, dsb) untuk keselamatan diri.

Maka semakin jelaslah pertanyaan di atas setelah kata-kata kuncinya masing-masing diartikan sesuai dengan KBBI. Namun jika pertanyaan ini dikaitkan dengan heboh Wikileaks tentang SBY atau Demokrat dalam isu pecahnya koalisi partai serta penolakan PDIP masuk dalam koalisi partai akan menjadi rumit penjelasannya.

SBY dan Demokrat bisa dibilang bayi. Menjadi tampak seperti bayi yang kurang “smart” atau pecundang karena lebih sering dikerjai oleh bayi lain seperti PKS yang sebenarnya sama-sama baru lahir di kancah perpolitikan Indonesia. Dan terlihat lebih tidak “smart” lagi ketika tidak berkutik oleh manuver-manuver Golkar, yang jika saja diteliti lebih jauh, manuver-manuver itu sebenarnya  bagian dari rancangan skenario yang lebih besar untuk tujuan menumbangkan SBY dari kursi kepresidenan. Meski PBS sebagai petinggi Golkar, seringkali dalam banyak kesempatan di depan wartawan cetak dan elektronik mengatakan bahwa Golkar akan mengawal SBY sebagai presiden hingga 2014, kata-kata itu tidak lebih dari lips service seorang politisi saja. Kata-kata itu tidak lebih dari racun yang kadarnya mampu membuyarkan keberanian SBY dan Demokrat memberikan sangsi atau bersikap tegas pada Golkar. Intinya jika sebelas butir kesepakan koalisi yang tertulis dan ditanda-tangani saja bisa dimulti artikan dan dilanggar, apalagi hanya kata-kata PBS yang tidak punya dasar hukum sama sekali.

Menarik ketika Wikileaks membeberkan sesuatu tentang SBY ketika banyak orang tidak menyadari hal itu bisa terjadi dari seorang SBY. Terlepas benar atau tidaknya, pertanyaannya adalah “Siapa lagi yang bermanuver dengan isu ini?” Jika isu itu ternyata benar, lalu kenapa pula seorang SBY mencoba mencegah proses hukum yang diarahkan kepada TK? Bukankan dulu TK pernah mengatai SBY “Jendral kok kayak anak kecil”? atau bukankah sikap Megawati selama ini terlihat sangat tidak bersahabat kepada SBY?

Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia sikap Megawati bukanlah sikap seorang negarawan jika terus memendam dendam yang dalam arti sesungguhnya lebih mementingkan emosi daripada rasio. Bangsa ini memerlukan perbaikan, pendirian PDIP untuk tetap menjadi oposisi dan membiarkan Koalisi berjalan dalam kepincangan dan ketidak harmonisan dan terus dipaksakan, sama artinya dengan PDIP berkonspirasi membiarkan semua manuver, tukar-menukar kasus demi tekanan-tekanan politik silih berganti, terus terjadi hingga secara umum masyarakat Indonesia jualah yang dirugikan.

Sudah saatnya PDIP berdiri di sisi yang lebih benar. Sebagai partai rakyat kecil, PDIP sudah seharusnya mengutamakan kepentingan rakyat saat rakyat memerlukan kestabilan politik, ekonomi dan sebagainya yang semuanya dimungkinkan terjadi melalui kebijakan-kebijakan pemerintah. Sudah waktunya Megawati dan PDIP bukan hanya menggunakan hati nurani dalam melihat tetapi juga rasio demi kepentingan bangsa yang lebih besar.

Bagi SBY dan Demokrat memang memerlukan waktu untuk melihat dengan jernih. Dalam kancah politik, yang terlihat jelas, tidaklah seperti apa yang terlihat. Yang pasti, melalui Wikileaks, yang tidak terlihat sekalipun akhirnya dapat juga terdengar.

Selasa, 15 November 2011

Egois, Menolak Subsidi BBM Dicabut

Jangan dibandingkan dengan Arab Saudi yang memiliki cadangan minyak 230 miliar barel, karena negara ini masih akan berproduksi sampai 66 tahun ke depan. Berdasarkan data tahun 2009 United States Energy Information Administration, sisa cadangan minyak terbukti Indonesia adalah sebesar 3,99 miliar barel. Dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 0,8% per tahun, dan laju konsumsi BBM yang meningkat setiap tahunnya sebesar 4,36%, maka diperkirakan cadangan ini hanya akan bertahan kurang dari 7 tahun ke depan.

Menurut data BPS, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2010 adalah 237,556,363 dimana diperkirakan pada saat ini diluar bus dan truk, jumlah kendaraan penumpang telah mencapai 10 juta dan sepeda motor sekitar 51,7 juta. Dengan kondisi ini, berdasarkan data realisasi premium bersubsidi per Oktober 2010, adalah 23,2 juta KL naik dari 21,45 juta KL dalam APBN 2010, terjadi peningkatan konsumsi sebanyak 1 ,93 juta KL per tahun.

Dengan jumlah kendaraan yang disebutkan di atas, jika diasumsikan pemakaian premium untuk kendaraan penumpang dan sepeda motor masing-masing adalah  11 km/lt dan 35 km/lt, dan rata-rata bergerak sejauh 15.000 km dalam setahun, maka total BBM bersubsidi (premium) yang dibutuhkan dalam setahun adalah 37,1 juta KL perkiraan ini jauh lebih besar dari realisasi sampai akhir tahun 2010 yang kemungkinan dapat mencapai 23,38 juta KL.

Dalam APBN 2010, pemerintah mematok subsidi BBM sebesar Rp 68,7 triliun ($ 65 per barel) kemudian direvisi menjadi Rp 89,3 triliun ($ 80 per barel) atau porsi untuk premium kira-kira (59% x Rp 89,3 triliun) = Rp 52,7 triliun. Jika asumsi harga minyak dunia tetap $ 80 per barel, dengan konsumsi 37,1 juta barel setidaknya pemerintah perlu menyediakan dana untuk subsidi premium saja sebesar (37,1 / 23,38) X Rp 52,7 triliun = Rp 83,6 triliun dalam APBN 2011. Nilai ini setidaknya menguras sekitar 10% dari cadangan devisa tahun 2010 yang adalah senilai USD 81 miliar.

Harga minyak terus meningkat, sementara cadangan minyak Indonesia terus menurun. Diperkirakan pada tahun 2017 rata-rata harga minyak mencapai $ 105 per barel, dan diperkirakan  jumlah penduduk Indonesia mencapai 251 juta, dengan jumlah sepeda motor 66 juta, dan kendaraan penumpang sebanyak 14 juta di luar bus dan truk, dengan asumsi yang sama di atas,  kebutuhan akan premium dapat mencapai angka 47,3 juta KL. Jika tidak ada temuan cadangan baru yang berarti, maka pada tahun itu Indonesia harus mengimpor seluruh kebutuhan BBM nya.

Dapat dibayangkan bagaimana jadinya, jika masyarakat tidak memiliki kesiapan saat subsidi BBM dicabut pada tujuh tahun mendatang. Dana yang ada sekarang jelas-jelas hanya dihamburkan untuk hal-hal yang tidak berguna. Seandainya dana subsidi dialihkan menjadi dana untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia, dengan pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya yang terkait dengan persaingan regional atau pun global, maka pada masa sulit itu, setidaknya Indonesia akan mampu melewatinya tanpa harus melalui kesulitan yang terparah.

Senin, 14 November 2011

SBY - Ical, Sama-sama Punya Kartu Hantu

Kasus-kasus kakap yang tengah bergulir dan dirasakan lamban dalam proses hukumnya, ada kemungkinan memang disengaja demikian supaya keputusan hukumnya dapat divonis tepat menjelang pemilu 2014. Ini bukan strategi baru bagi partai yang tengah berkuasa. Di setiap era pemerintahan, partai yang berkuasa akan berusaha memunculkan imej yang baik di akhir masa pemerintahan atau jelang pemilu yang baru.  Strategi ini adalah salah satu bentuk pembuktian kepada masyarakat umum berkaitan dengan janji-janji partai, komitmen partai dalam pemberantasan korupsi, serta usaha partai dalam penegakkan supremasi hukum. Dengan pembuktian ini partai mengekspektasikan mendapatkan simpati masyarakat dan perolehan suara lebih banyak dalam pemilu legislatif dan pemilihan presiden.

Yang termasuk kasus kakap dan kebijakan potensial pemerintah antara lain adalah: penyelesaian ganti rugi dalam kasus lumpur Lapindo, penyelesaian hukum kasus Bank Century, penyelesaian kasus mafia hukum terkait juga masalah Gayus dan Antasari, serta penyelesaian kasus mafia pajak.

Sebagaimana diketahui dalam kasus lumpur Lapindo, 18 desa tenggelam, setelah terjadinya kegagalan operasi pengeboran minyak di wilayah kerja Lapindo salah satu perusahaan milik Bakrie. Lebih lanjut proses ganti rugi malah dibelokkan menjadi tanggung jawab pemerintah. Untuk itu pemerintah menggunakan uang dari hasil pembayaran pajak rakyat. Hebat kan, anda dan saya dan kita semua membiayai kerugian lingkungan, materi dan spiritual korban Lapindo, serta biaya operasi pengangulangan yang terus berlangsung sampai saat ini, yang seharusnya menjadi tangung jawab Bakrie.

Dalam kasus mafia pajak dan mafia hukum, selain kaitannya dengan Gayus secara langsung, diduga juga ada kaitannya dengan penyuapan yang dilakukan oleh salah satu perusahaan Bakrie. Dalam pengakuan Gayus, Sirus Sinaga merupakan petinggi Kejaksaan yang berperan dalam mafia hukum untuk vonis bebas dirinya di Pengadilan Negeri Tangerang. Diakuinya Sirus juga ikut berperan dalam mendisain tuntutan hukuman atas Antasari dalam kaitannya dengan kasus pembunuhan berencana atas Nasrudin. Kasus pembunuhan Nasrudin terjadi ditengah kemelut penyidikan KPK atas kasus Bank Century. Kasus pembunuhan ini diduga banyak kalangan sebagai bentuk konspirasi untuk menjatuhkan Antasari dari kekuasaanya sebagai ketua KPK. Diduga kuat konspirasi ini melibatkan sejumlah preman sebagai pelaku lapangan, anggota polisi, dan kejaksaan.

Sebelum kasus penuntutan itu, Antasari sebagai ketua KPK  memang tengah menyelidiki secara intensif kasus Bank Century yang diduga telah merugikan negara sebanyak 6,7 triliun. Dalam kasus century ini, mantan Menteri Keuangan - Sri Mulyani dan mantan Gubernur BI - Boediono, disebut-sebut telah mengambil keputusan yang melebihi batas kewenangannya hingga bailout Century membengkak menjadi 6,7 triliun.  Penyuntikan dana oleh BI ke Bank Century ini terjadi di akhir 2008 menjelang pemilu legislatif dan pilpres 2009. Salah satu nasabah potensial Bank Century yang mendapatkan perhatian penting dalam penarikan dananya adalah Boedi Sampoerna yang tidak lain adalah salah satu sponsor penting Partai Demokrat dalam pemilu 2009.

Ditengah keterdesakan suara-suara anggota DPR yang dimotori Golkar, yang menekan presiden untuk menonaktifkan  Sri Mulyani dan Boediono, adalah Sri Mulyani yang awalnya menginformasikan adanya perusahaan nasional sebagai pengemplang pajak dengan nilai triliunan dan beraktivitas melalui mafia pajak di Depkeu. Sri Mulyani saat itu menyinggung bahwa si pengemplang pajak itu adalah perusahaan milik Bakrie. Bakrie sendiri adalah salah satu petinggi Golkar yang sangat berpengaruh sebelum akhirnya menjadi Ketua Golkar.

Saat ini kasus century terkesan seperti dipeti-es-kan. Angota DPR dari Golkar yang vokal atas kasus ini jelas ada dibawah bayang-bayang Bakrie yang terkait dengan sejumlah masalah di atas. Di sisi lain, angota DPR dari PDIP sebagai partai oposisi tidak lebih galak untuk menuntaskan kasus century, mengingat kasus BLBI dalam pemerintahan Megawati dapat dijadikan senjata peredamnya. Sementara Sri Mulyani bak di asingkan ke Washington. Boediono telah menjabat sebagai Wakil presiden dan baru-baru ini ditugasi oleh SBY untuk segera menuntaskan kasus Century yang justru berkaitan dengan dirinya sendiri (seperti conflict of interest). Sementara Bakrie dan SBY ada dalam tautan Koalisi dan telah membentuk Sekretariat Bersama. Gabungan dua partai ini saja telah menguasai 43% lebih kursi DPR. Politik untuk meredam konflik dengan bersepakat untuk tidak berkonflik selama permasalahan hukum masing-masing dapat ditunda atau didiamkan hingga gejolak-gejolak penuntutan semakin menguat datang dari luar koalisi.

Kasus-kasus di atas seperti lingkaran hantu yang semua saling terkait dalam kebobrokan mental dan mampu mementalkan proses dan konsekuensi hukumnya. Demikian karena mereka masih bisa berlindung dibalik kekuasaan yang dipercayakan oleh masyarakat. Keinginan masyarakat untuk segera melihat kasus-kasus itu dituntaskan oleh pemerintah yang nota bene adalah bagian dari permasalahan itu sendiri, sudah pasti tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini. Siapa pun dia, tentulah tidak ingin menggali kuburnya sendiri.
Jika sudah dimulai, maka satu konspirasi akan menuntut konspirasi lain untuk menutupinya, dan seterusnya. Jika diurut-urut mungkin kita telah memilih anggota legislatif atau eksekutif yang oleh karena situasi di atas, mau tidak mau tunduk pada kebijakan partai dalam koalisi, artinya secara langsung mereka terikat dalam konspirasi itu, dan kita jelas secara tidak langsung pun juga terikat dalam konspirasi yang sama. Ketika lingkaran hantu ini semakin membesar dan terus membesar, maka cenderung solusi hukum menjadi semakin terabaikan.  Jika kondisi sudah semakin akut, maka inilah kondisi dimana menjadi pemicu terjadinya revolusi, oleh pelaksananya mungkin disebut neo-reformasi atau neo-generasi dan sebagainya. Intinya sejarah akan terus berulang dan berulang sambil membawa akar-akar konspirasi sebelumnya dan seterusnya.