mitsubishi

International Market Open

Economic calendar

FOREX

Jumat, 30 Desember 2011

Hasil Survey Indo Barometer atas Orba dan Soeharto, Kontroversial

Hasil survey ini dipublikasikan di KOMPAS.com pada Minggu 15 Mei, 2011. Mengundang pro dan kontra pembacanya. Hasil survey menyatakan bahwa “Orba lebih baik” dan “Soeharto, Presiden yang paling disukai” mengundang komentar cemooh selain juga pembenaran atas survey tersebut. Kelompok yang menyatakan pembenaran atas survey adalah mereka yang memiliki hak menyatakan pendapatnya secara terbuka, dan pastinya pada masa kini dilindungi oleh undang-undang.  Kelompok ini secara umum menyatakan bahwa di era Soeharto dan Orde Baru nya, stabilitas politik, keamanan dan ekonomi Indonesia,  jauh lebih baik ketimbang di era reformasi ini. Lebih jelasnya pada masa itu masyarakat lebih mudah mendapatkan uang, harga sandang-pangan lebih murah di banding era sekarang.

Persoalan sebaliknya, bagaimana jika pada masa Orde Baru dilakukan survey dengan tingkat kebebasan seperti Indo Barometer melakukannya saat ini, apakah mungkin pendapat atau komentar yang vokal dimuat di media masa pada saat itu, katakanlah mesin waktu membawa kita ke tahun 1988 dimana survey itu misalnya dilakukan.

Apapun itu, kontroversial yang terjadi sebenarnya merupakan cermin yang riil dari kondisi masyarakat saat ini. Bagi 1200 reponden yang mengikuti survey ini, bagaimanapun metoda penentuannya, sepenuhnya bergantung kepada bagaimana niat surveyor sesungguhnya dan apa tujuan dari survey ini dilakukan. Jika 1200 responden dipilih secara sistematis agar memberikan hasil survey sesuai ekspektasi, maka pola masyarakatnya pun sudah jelas yang mana yang bisa di random, demikian juga sebaliknya.

Jika tujuan dari hasil survey ini untuk membangkitkan rasa nasionalisme, maka dari semua komentar yang muncul dipermukaan, terbukti survey ini bukanlah cara yang terbaik. Ada banyak cara untuk membangkitkan rasa nasionalisme. Bahkan itu seharusnya dimulai dari bangku sekolah, mulai dari tingkat terendah, seperti pengembangan kurikulum sekolah untuk lomba membaca dan karya tulis yang membangkitkan rasa nasionalisme. Mengembangkan secara detil cerita sejarah nasional. Pembahasan karakter-karakter pejuang yang dapat dijadikan contoh. Dan sebagainya. Jadi tidak ada gunanya menciptakan kontroversial, yang justru menjadi penghambat dalam mencapai cita-cita bersama menuju masyarakat adil dan makmur.

Selasa, 06 Desember 2011

Kerendahan Hati dalam Ketulusan Memohon dan Memaafkan

Foto: Inmagine
Konflik dalam diri karena perbedaan pandangan atau prinsip prilaku, baik dengan orang terdekat maupun sekelompok orang lainnya, adakalanya hadir menguasai ruang kedamaian dalam rutinitas strategi pemahaman dan kegiatan seseorang. Konflik akan ada dalam ambang yang tidak terkendali selama status pembenaran diri dan mempersalahkan yang lain belum mencapai titik temunya. Semakin seseorang ingin mendorong atau memunculkan rasa pembenaran dirinya, semakin besar pula ruang kedamaiannya dikuasai. Jika konflik terus berlarut, seseorang dapat masuk pada kondisi depresi (kemuraman hati, kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan).

Di bagian awal, konflik umumnya disertai dengan ketegangan dan sifat emosional yang tinggi. Konflik meningkat menjadi pertentangan yang permanen ketika tidak ada titik temu bagi pendekatan kesepahaman pandangan. Pada situasi ini disebut kebuntuan. Hidup dalam kebuntuan yang berlarut-larut sama dengan menunda solusi yang permanen bagi konflik itu sendiri. Penundaan solusi permanen sebenarnya merupakan satu cara penyiasatan  dalam penyelesaian konflik. Siasat itu intinya, memberikan waktu untuk membuka ruang kedamaian seseorang agar melanjutkan hidup dengan dan menyiasati konflik itu sampai kemudian menyadari secara utuh kebuntuan itu ketika ketegangan telah mereda. Dengan siasat ini, sebelum ketegangan mereda, untuk sementara ruang kedamaian masih bisa ditoleransi meski tidak seutuhnya kembali pada kondisi normal.

Penyelesaian konflik dengan satu titik temu kesamaan pemahaman dan pandangan tidak selalu terjadi. Penyelesaian permanen bagi konflik tanpa satu titik temu disebut ketidaksepahaman. Pada tingkat konflik tertentu akan memerlukan legalitas hukum.

Pribadi yang berlarut-larut menyiasati dan mempertahankan konflik, tanpa solusi permanen, perlahan dan pasti masuk kedalam kondisi psikologis yang depresi. Bila diteruskan kehidupan seperti ini, dan diacuhkan oleh lingkungan, atau tidak perduli dengan perhatian lingkungannya, akan dapat menggiring pribadi ini pada kondisi psikologis frustrasi.  Kondisi frustasi yang akut dapat menuju kepada kondisi sakit jiwa.

Kerendahan hati dalam ketulusan memohon dan memaafkan, adalah kunci utama penyelesaian konflik. Kata maaf yang tulus memiliki daya magis untuk melunakkan hati yang keras, bahkan mampu menggetarkan jiwa, hingga sekuat apapun seseorang, tak akan mampu membendung tetesan air mata saat hanyut dalam kesadaran akan kekurangannya.

Senin, 05 Desember 2011

Tubuh-tubuh Diikat dan Perut Melilit

Tadi pagi buta ketika baru saja melintasi pemakaman tanah kusir, aku dikejutkan oleh sepeda motor yang melaju kencang memotong dari samping kanan kendaraanku. Aku sempat mengumpat juga sedikit saat menghindarinya.
Aku lebih terkejut lagi ketika melihat ada beberapa tubuh kecil lunglai tak berdaya diikat, dan dipaksa dimuat bertindihan di bagian depan motor yang dikemudikan kencang oleh pria sangar dengan pakaian serampangan. Aku sempat memperhatikan kalau tubuh-tubuh itu seperti bergerak lunglai dengan mulut ternganga dan ludah dan liurnya bercucuran. Melihat tubuh-tubuh itu, aku jadi trauma dan perutku langsung melilit…
Penasaran aku lantas mempercepat kendaraanku dan berusaha tetap berada di samping kiri motor itu. Pengendara motor itu lantas menatap tajam padaku.  Tepat di lampu merah pasar kebayoran kami berhenti bedampingan. Pengedara motor itu nyengir dan menatapku dengan antusias dan dingin. Saking penasarannya aku lantas bertanya: “Bang…ayamnya dijual?”

Minggu, 04 Desember 2011

10 Tolak Ukur Kemakmuran dan Kesejahteraan Rakyat Indonesia




Diunduh dengan Google
Perhatikanlah tempat penumpukkan sampah di TPA Bantar Gebang - Bekasi. Jika di sana telah berdiri pabrik yang mengolah sampah menjadi bahan industri bernilai ekonomi, dan  nampak sibuk dengan melibatkan sejumlah buruh yang memadai, serta tidak nampak lagi gerombolan pemulung yang mengais-ngais sampah itu. Jika tidak ada lagi pemulung dan keluarga yang tinggal di sekitar kubah sampah Bantar Gebang, itulah tanda  pertama.

Setidaknya lapisan masyarakat yang tadinya membiayai kehidupannya dari hasil memulung, telah beralih ke hasil pekerjaan melalui program penyediaan lapangan kerja pemerintah. Dengan penghasilan yang tentunya memenuhi standar hidup minimum menurut acuan PBB.
Diunduh dari hasil pencarian dengan Google
Diunduh dari hasil pencarian dengan Google

Selanjutnya, jika tidak terlihat lagi penumpang kereta Jabotabek yang berdesakan, atau tidak ada lagi yang bergantungan di pintu kereta, atau tidak ada lagi yang memaksa duduk di atas gerbong kereta, atau tidak terlihat lagi kesemrawutan di terminal bus antar kota, atau tidak terlihat lagi kemacetan total di jalan protokol atau kota-kota besar, itu adalah pertanda kedua.

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah telah berhasil meningkatkan pelayanan transportasi yang terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah.
Selanjutnya, jika tidak ada lagi subsidi BBM untuk transportasi bukan angkutan umum, itu adalah pertanda ketiga.
 
Setidaknya itu bisa berarti, pemerintah berhasil meyakinkan masyarakat bahwa dana subsidi BBM tersebut lebih tepat dialokasikan untuk kepentingan masyarakat yang benar-benar membutuhkan, seperti peningkatan pelayanan sosial, jaminan pelayanan kesehatan, pendidikan yang murah, serta penyediaan lapangan kerja baru dan kesinambungannya.

Selanjutnya, jika tidak ada lagi  perkampungan kumuh di sepanjang pinggiran kali di perkotaan maupun pedesaan, serta tidak ada lagi deretan jamban  yang berdiri sepanjang kali itu, serta air kali mulai terlihat jernih sepanjang tahun, demikian juga dengan air bersih yang tersedia melimpah bagi masyarakat bawah, itu sebagai pertanda keempat.

Diunduh dari hasil pencarian Google

Setidaknya itu bisa berarti, pemerintah telah berhasil melakukan penyuluhan hidup yang higenis serta menyediakan fasilitas air bersih gratis bagi masyarakat bawah. Setidaknya juga berarti masyarakat telah menyadari untuk hidup yang berkualitas bersamaan dengan pembenahan kondisi ekonomi yang terus meningkat, dalam arti pemerintah telah berhasil mendispersikan ketersediaan lapangan kerja sampai ke daerah-daerah terpencil.

Selanjutnya, jika tidak terlihat lagi sampah tumpah-ruah mengapung di parit atau kali Sunter yang hitam, atau di sungai Ciliwung, atau tumpukan sampah yang bau di samping pasar Ciputat dan sebagainya. Itu bisa sebagai pertanda kelima.
 
Setidaknya itu bisa berarti pemerintah telah berhasil dalam manajemen penanganan sampah, mulai dari pembinaan pada masyarakat, pembaharuan armada dan jadwal pengangkutan, pemilihan tempat pembuangan, pengembangan teknologi pengolahan sampah, serta pemanfaatan hasil pengolahan sampah dalam pembangunan yang terpadu.

Selanjutnya, jika tidak terlihat lagi anak-anak jalanan atau pengemis yang mengetuk jendela mobil, atau orang-orang yang menawarkan jasa membersihkan kaca mobil saat berhenti di kemacetan atau di lampu merah. Itu sebagai pertanda keenam.

Diunduh dari hasil pencarian Google

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah telah berhasil menangani masalah-masalah sosial, menegakkan peraturan perundangan yang berlaku, menyediakan tempat tinggal, santunan dan bimbingan sosial bagi
Kompas
Kompas

kelompok masyarakat ini untuk bisa mandiri, dan selanjutnya menyediakan lapangan kerja dengan penghasilan yang memadai untuk mencegah kembalinya masyarakat ini ke jalanan.

Selanjutnya, jika tidak terdengar lagi berita TKI yang akan dihukum mati atau TKW yang diperkosa oleh majikannya di Malaysia, atau Arab Saudi, atau di Singapore dsb. Atau jika tidak terdengar lagi berita ribuan TKI Ilegal dan Tidak Ilegal dipulangkan paksa oleh Malaysia, maka itu bisa sebagai pertanda ketujuh.

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah telah berhasil meningkatkan pendidikan formal masyarakat ketingkat profesional yang lebih kompetitif serta bermartabat. Setidaknya juga bisa berarti pemerintah berhasil dan mampu menyediakan lapangan kerja untuk lapisan masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah namun dengan penghasilan yang kompetitif dengan negara-negara tujuan kerja TKI.

Selanjutnya jika tidak terdengar lagi pergesekan antar umat beragama dalam kebebasan menjalankan dan mendirikan tempat-tempat ibadah, atau tidak terdengar lagi bentuk-bentuk intimidasi, maka itu bisa sebagai pertanda kedelapan.

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah telah benar-benar menjalankan tugas sesuai yang digariskan dalam UUD 45, atau setidaknya telah terbentuk kedewasaan sikap dalam masyarakat untuk mentaati peraturan perundangan yang berlaku.

Selanjutnya jika tidak terdengar lagi kasus penyalah-gunaan wewenang, atau tidak lagi ditemukan kasus-kasus manipulasi perkara peradilan oleh pejabat negara serta oknum masyarakat yang berkonspirasi yang dengan sengaja memicu kepada penyelewengan keuangan negara, maka itu bisa sebagai pertanda kesembilan.

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah dan jajarannya secara sungguh-sungguh telah menegakkan supremasi hukum, seadil-adilnya menurut hukum dan perundangan yang berlaku dengan demikian juga meminimumkan keraguan akan kepastian hukum yang mungkin terpikirkan ditengah-tengah masyarakat.

Selanjutnya, jika jumlah penduduk miskin turun dari 32.520.000 (14,15%) ke prosentase yang dapat dianggap wajar menurut ukuran Bank Dunia. Demikian juga dengan pendapatan perkapita Indonesia tahun 2009 jika dapat meningkat lebih besar dari 2.590,1 USD , maka itu bisa sebagai pertanda kesepuluh.

Setidaknya itu bisa berarti pemerintah berhasil dalam program-program ekonominya, apakah melalui perbaikan stimulan untuk masuknya modal asing maupun penerapan kebijakan baru atas regulasi perbankan maupun pajak bagi usaha industri menengah ke bawah.

Jadi, jika sepuluh tolak ukur ini belum semuanya ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia, artinya kita masih dalam perjalanan mendaki daratan terjal menuju kemakmuran dan kesejahteraan.

Jumat, 02 Desember 2011

Sudah Waktunya Beralih dari Bahan Bakar Fosil



Harga minyak dunia yang terus bergerak naik yang pada hari ini telah mencapai US$ 122,36 untuk Brent Crude Oil,dan US$ 109,39 WTI Crude Oil, jika tidak kembali ke harga kisaran US$ 80 jelas akan memberikan dampak buruk pada iklim perekonomian kita. Ketidak mampuan pemerintah untuk meningkatkan produksi minyak menunjukkan bahwa cadangan bahan bakar fosil kita sudah semakin menurun, jika menurut Menteri ESDM minyak kita masih mungkin diproduksi hingga 23 tahun lagi, maka menurut saya, dengan laju konsumsi seperti sekarang dan jumlah cadangan saat ini, maka produksi minyak kita hanya tinggal 7 tahun lagi. Tapi siapalah saya, apa untungnya mempercayai kalkulasi atas dasar asumsi yang saya buat.

Sekali lagi tentang kalkulasi. Mundurnya beberapa pejabat BPMIGAS berkaitan dengan ketidakmampuan mengkoordinasi KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) untuk meningkatkan produksi merupakan sinyal utama bahwa produksi minyak hampir tidak mungkin ditingkatkan lagi. “Bulan madu sudah berakhir kawan! Wake up man…” Mundurnya pejabat BPMIGAS karena pencapaian produksi 907 ribu barel dari 970 ribu yang ditargetkan mungkin merupakan pencapaian yang tertinggi hingga 7 tahun mendatang. Di tahun-tahun mendatang jelas jumlah kebutuhan dalam negeri akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk yang menukik tajam dengan laju pertumbuhan 2,5% per tahun. Saat ini komsumsi dalam negeri telah mencapai 1,3 juta barrel per hari dan akan terus meningkat hingga 2,2 juta barrel pada tahun 2020, dimana pada saat itu jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 304 juta jiwa.

Logikanya, semakin tinggi produksi yang ingin dicapai, semakin cepat pula cadangan minyak kita terkuras. Persoalan yang lain adalah saat ini pemerintah setiap harinya harus menombok sekitar 550 ribu barrel untuk konsumsi dalam negeri mengingat 15% dari total  produksi 907 barrel itu milik KKKS. Jika dihitung dengan harga minyak sekarang, katakanlah dengan harga WTI Crude Oil, maka sedikitnya pemerintah membelanjakan US$ 60,2 juta setiap harinya. Dengan kurs rupiah 8.650 per dollar maka belanja pemerintah itu mendekati 1/3  biaya gedung DPR yang akan dibangun itu.

Logikanya, semakin mudah persyaratan memiliki kendaraan bermotor, semakin banyak masyarakat memilikinya. Semakin lama BBM subsidi dipertahankan, semakin boros masyarakat menggunakannya. Semakin  boros BBM subsidi digunakan, semakin tinggi konsumsi bahan bakar dalam negeri. Semakin tinggi konsumsi minyak dalam negeri, semakin besar belanja pemerintah. Semakin besar belanja pemerintah untuk kebutuhan konsumtif, semakin besar penggunaan cadangan devisa. Akhirnya, cadangan devisa akan semakin kecil.. dan secara pasti, perekonomian kita akan semakin runtuh pada titik terendah, disaat minyak mencapai harga tertinggi, disaat kita harus membeli seluruh kebutuhan minyak dalam negeri, maka saat itu kita harus berhutang untuk membeli minyak demi kebutuhan konsumtif masyarakat yang telah dan terus dimanjakan bertahun-tahun dengan subsidi, demi apa yang yang disebut dengan “mempertahankan stabilitas politik”. Hutang-hutang itu pun tentunya didisain sedemikian rupa oleh pemberinya yang selanjutnya akan menjadi beban yang pada saatnya  nanti tidak mampu kita atasi lagi. Hingga akhirnya, bangsa ini menuju pada penghancuran yang mendasar, keterpurukan ekonomi, dan resiko perpecahan dari negara kesatuan yang selama ini berusaha dipertahankan.

Saat ini, sebelum terlambat, tidak ada yang lebih baik daripada menghentikan subsidi BBM! Penghentian ini akan memicu masyarakat Indonesia untuk kreatif menemukan bahan bakar alternatif, inovatif dalam teknologi terapan yang efektif dalam mengkonsumsi BBM yang mahal.

Ketika terpuruk dalam kemiskinan dan tekanan penjajahan, sejarah membuktikan bahwa bangsa ini mampu untuk tetap bertahan hidup. Kreatif, hingga masyarakat pedesaan pada waktu itu mampu menemukan bambu menjadi sayuran yang lezat (rebung). Atau apapun yang dari hewan potong tidak ada yang terbuang, mulai dari rujak jingur sampai sop buntut dan kerupuk kulit hingga sambal goreng darah. Sejak jaman Empu Gandring, kita adalah bangsa yang memiliki kemampuan mengolah metalurgi tingkat tinggi, hingga mampu memproduksi keris dari bahan campuran logam yang sebenarnya dalam mengolahnya membutuhkan kondisi tekanan dan temperatur tertentu. Namun bangsa kita, dengan hanya memanfaatkan keahlian dan teknologi tradisional, mampu memproduksi metal, keris yang memiliki kualitas yang bertahan berabad-abad.

Saatnya untuk bangkit dari kemalasan dan kemanjaan akibat penerapan BBM bersubsidi. Saatnya mendepak alasan-alasan klasik yang dapat muncul jika subsidi dicabut, seperti kerusuhan sosial, ketidakstabilan politik, dan sebagainya. Hentikan pembodohan. Bangkit, kembalilah pada karakter dasar bangsa yang kreatif dan inovatif. Temukan energi-energi baru yang ramah lingkungan, murah dan dapat diperbaharui. Sudah waktunya beralih dari penggunaan bahan bakar fosil yang mahal, dan yang jelas-jelas telah menjadi penyebab utama pada masalah pemanasan global.