mitsubishi

International Market Open

Economic calendar

FOREX

Rabu, 30 November 2011

Mengapa Semakin Amburadul?

Foto: Kompas
Dengan didampingi pengacaranya, Gayus membacakan pengakuannya di luar sidang setelah vonis Hakim. Dengan pengakuan itu membuat kita semakin pasti bahwa  alangkah bobroknya proses penyelesaian hukum di negeri ini. Hari ke hari, borok demi borok yang terkuak menggiring masyarakat pada satu kesimpulan bahwa mereka yang telah disumpah untuk mengabdi, ternyata telah bersumpah palsu dan berhianat kepada bangsa dan negaranya.

Kasus-kasus seperti Gayus, Century, dan Antasari telah menjadi peralatan perang dan tameng pertahanan  para kemaruk kekuasaan di balik partai-partai besarnya. Dalam kesabarannya rakyat hanya menonton sambil menutup hidung mencium aroma busuk yang semakin memuakkan.

Jika rakyat terus digeber dengan masalah dan motif yang sama secara berulang, dan secara menerus tidak juga ada solusi  standar menurut peraturan perundangan yang berlaku,  maka  prilaku politikus kampret ini bisa menjadi pemicu rakyat  mencapai tingkat kebingungan yang tidak terkendali. Jika ini terjadi, maka yang mencuat adalah mosi tidak percaya kepada proses dan sistem yang diterapkan.

Belajar dari sejarah Ceko, tingkat kebingungan dan frustrasi yang akut atas sistem pemerintahannya telah memicu  rakyat untuk turun ke jalan dan melakukan persidangan dengan caranya sendiri. Tentu saja kita tidak ingin itu terjadi di negeri tercinta ini.

Negeri ini, negeri yang penuh cinta dan kesabaran. Entah bagaimana para politikus kampret ini mendapatkan genetiknya, sehingga yang menonjol adalah sifat penghianatan terhadap cita-cita luhur negeri ini. Penghianatan atas sumpahnya sendiri dalam berkomitmen meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.

Dari kasus-kasus ini masyarakat semakin pasti menilai bahwa apa yang mereka perjuangkan tidak lebih dari memuaskan diri sendiri, mengejar, mempertahankan dan menikmati kekuasaan. Di tengah kemelut ini, di antara konflik mereka yang saling menjatuhkan, yang saling menyerang demi melegakan dahaga kekuasaannya, telah jelas dan terbukti bahwa kepentingan masyarakat secara keseluruhan telah terabaikan. Bangsa ini hanya jalan di tempat, sementara politikus menurut benderanya bersama aparat yang terkait secara emosional politis  mengutak-atik sistem yang baku menjadi kostumasi. Dengan demikian keluaran dari sistem ini dapat sesuai dengan kehendak mereka.

Bagi mereka, keluaran ini mungkin bisa menenangkan meski bersifat sementara. Bagi masyarakat umum yang tidak terkait secara emosional politis, itu adalah ketidakpastian. Itu artinya masyarakat berhak meragukan dan meminta kalian semua mundur, mengembalikan kendali pemerintahan ini kepada kondisi yang sesuai dengan cita-cita luhur mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bangsa tanpa ribut-ribut yang berkepanjangan.

Penguatan Rupiah Tidak Membuat Harga Pertamax Turun


Dengan kendaraan saya yang sama yang dapat bergerak sejauh 100 km dengan 10 liter pertamax, di tahun 2009 saya perlu membeli Pertamax dan mennghabiskan sedikitnya Rp 65.000. Hari ini, untuk menempuh jarak yang sama saya harus menghabiskan uang sebanyak Rp 89.000. Perlu saya jelaskan disini bahwa 100 km adalah jarak tempuh tetap saya dari rumah ke kantor untuk selama dua hari. Sebagai pekerja yang produktif, jika perbedaan ini menjadi tetap dalam setahun saja, dan jika diasumsikan saya bekerja selama 250 hari, saya jelas mengalami kerugian sebesar Rp 3.000.000. Aneh… ditengah penguatan rupiah, dan yang katanya ekonomi menguat saya merugi 3 juta rupiah per tahun dan itu baru untuk transportasi pribadi saja.
Kerugian ini tentulah mempunyai dampak pada kemampuan daya beli saya. Jika hal yang sama terjadi pada sejumlah besar pekerja produktif, artinya ada sejumlah besar masyarakat yang menurun daya belinya sehingga juga mempengaruhi perputaran roda ekonomi pada tingkat tertentu. Jadi dimana sebenarnya pengaruh penguatan rupiah ini.
Nah untuk mempertahankan daya beli saya, mau tak mau saya terdorong menggunakan BBM bersubsidi. Tetapi itu tidak mungkin dilakukan. Karena desain kendaraan sekarang pun sudah mempertimbangkan penggunaan Pertamax, sehingga bila ini tetap dipaksakan, maka saya pun akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi, harga spare part sudah lazim meningkat dari menurun. So, kasihan juga.

Selasa, 29 November 2011

Mungkinkah Lift Terjerembab dan Hancur di Lantai Dasar?

Jika anda berada di lantai dasar dan ingin naik ke lantai teratas gedung yang tingginya 508 meter, dan tiba disana hanya dalam waktu kurang dari satu menit, saat ini hanya bisa terjadi di The Taipei Financial Center. Lift gedung ini mempunyai kecepatan maksimum 1,010 meter per menit (60.6 km per jam), hampir 3 kali kecepatan lift Wisma 46 Kota BNI yang tinggi gedungnya hanya 250 m.
Kecepatan elevator 60.6 km per jam (1,010 meter per menit) ini adalah rekor dunia sebagaimana yang tercatat dalam Guinness World Records edisi 2006. Kecepatan ini bisa tercapai karena elevator dilengkapi sejumlah peralatan hasil produksi teknologi tinggi.

Bergerak dengan kecepatan ini, konstruksi elevator haruslah dilengkapi dengan perangkat pengaman khusus seperti bantalan (bearing) yang tahan hingga temperature melebihi 1000°C. Selain itu, tentu saja dilengkapi dengan peralatan sistem pengendalian yang mampu meredam getaran termasuk getaran electromagnetic yang timbul akibat kecepatan tinggi tersebut. Teknik ini membuat elevator dapat dioperasikan tanpa suara yang berisik.

Perangkat lain yang juga penting adalah system pengendali tekanan di lorong konstruksi elevator. Tinggi lorong konstruksi elevator The Taipei Financial Center adalah 388 meter. Saat elevator bergerak naik kecepatannya bisa mencapai 1,010 mpm ditempuh dalam 38 detik, dan saat bergerak turun maksimum kecepatan adalah 600 mpm yang ditempuh dalam 48 detik. Perbedaan tekanan atmosfir antara lantai berangkat dan tujuan adalah 48 hPa atau 0.047 atm (atmosfir standar). Sistem ini berfungi mengendalikan tekanan agar kenyamanan tetap dirasakan meski perubahan tekanan secara mendadak terjadi.

Kapsul pada Elevator dirancang dengan bentuk yang aerodinamis sehingga pada kecepatan tinggi udara dalam lorong elevator dapat ditembus secara halus dan tidak menimbulkan suara yang berisik sebagaimana yang terjadi pada elevator konvensional.

Dengan meningkatnya pembangunan gedung-gedung pencakar langit, maka kebutuhan elevator dengan kecepatan tinggi juga meningkat. Elevator masih tetap menjadi system transportasi vertikal di gedung pencakar langit metropolitan.

Mungkin karena telah menjadi kebiasaan sehari-hari, mereka yang bekerja atau tinggal di kota -kota metropolitan, yang dari waktu ke waktu bergerak dari satu lantai ke lantai lainnya  dengan menggunakan elevator, hampir tidak memikirkan bagaimana cara kerjanya. Sampai suatu kejadian kecil seperti terjebak dalam lift saat arus listrik padam. Tetapi selain daripada itu, pertanyaannya adalah seberapa baikkah kerja peralatan pengaman yang dipasang pada konstruksi elevator?

Berikut adalah salah satu  model penjelasan yang diambil dari salah satu artikel di http://science.howstuffworks.com/elevator3.htm
Mungkin anda pernah menonton beberapa cerita film yang memperlihatkan suasana panik dan mencekam ketika kabel lift putus.   Lift seketika meluncur kencang ke bawah, beberapa kali membentur bagian-bagian lorong lift sebelum terjerembab hancur disertai ledakan dan bola api yang dahsyat saat terhempas di lantai dasar.  Bahkan di Disney Land ada satu atraksi menguji keberanian pengunjung dengan menaiki elevator yang meluncur ke bawah seperti tak terkendali melewati 13 lantai.

Untungnya, elevator dalam dunia nyata memiliki banyak perangkat pengaman, sehingga hal semacam itu tidak pernah terjadi.
Dalam sistem elevator menggunakan kabel, kabel baja yang melewati sistem katrol (lihat 1), diikatkan pada bagian atas kabin elevator. Pengertian sistem katrol adalah katrol dengan permukaan yang beralur, terletak pada bagian pucak konstruksi elevator. Alur pada sistem katrol berfungsi menggenggam kabel baja (lihat 2). Jadi pada saat mesin listrik memutar sistem katrol, kabel juga ikut bergerak (lihat 3) dan kabin elevator juga bergerak (lihat 4). Kabel yang mengangkat kabin elevator juga dihubungkan dengan sistem kesetimbangan beban, yang menggantung pada sisi yang berlawanan dari sistem katrol. Kabin dan sistem kesetimbangan beban kedua-duanya meluncur pada sepanjang jalur rel baja.


Setiap kabel elevator dibuat dari kumpulan material baja yang panjang yang memlilit satu sama lain. Kabel ini sangat jarang bisa terputus tiba-tiba, apalagi dengan inspeksi yang regular dilakukan untuk mengamati tingkat keausannya. Kenyataannya meski kabel bajapun tetap saja bisa rusak. Jadi apa yang bisa terjadi selanjutnya?
Hampir semua katrol elevator didisain untuk beberapa pasangan kabel - totalnya antara empat dan delapan. Jadi meskipun satu kabel yang terputus, sisa kabel yang lain akan tetap dapat menahan kabin elevator ke atas. Sebenarnya meskipun hanya satu kabel yang tersisa akan tetap mampu menahan kabin elevator ini.
Safeties (Tambat Pengaman) dan Governor


Seandainya semua kabel ternyata terputus, bagaimana jadinya? Pada kondisi ini, secara otomatis tambat pengaman elevator (elevator’s safeties) akan tertendang mengait ke klem yang ada di jalur rel baja. Tambat pengaman (Safeties) adalah sistem pengereman pada kabin elevator yang mencengkram kedalam klem yang ada di alur rel baja untuk jalur naik dan turunnya poros elevator (lihat 1).

Beberapa tambat pengaman menjepit rel tersebut, sementara yang lain mengarahkan ganjalan ke dalam lekukan yang ada di rel tersebut (lihat 2). Biasanya tambat pengaman di aktivasi oleh kecepatan mekanis governor.

Governor adalah katrol yang berputar ketika elevator bergerak. Pada keadaan governor berputar sangat cepat, gaya sentrifugal akan segera mengaktifkan sistem pengereman.
Di bagian dasar

Jika ternyata safeties (tambat pengaman) gagal berfungsi, kabin elevator bisa anjlok meluncur, tetapi bukan jatuh bebas. Terjadi hambatan sepanjang rel dan hambatan oleh tekanan dari bagian bawah kabin. Hambatan ini akan semakin memperlambat gerak kabin (anda akan merasakan lebih ringan dari kondisi normal). Saat terjadi benturan, kabin akan terhenti dan anda akan terpental ke lantai.

Dalam kasus ini, ada dua hal yang akan membalkan benturan. Pertama, waktu terjatuh, kabin elevator akan memampatkan udara di bagian dasar lorong poros elevator, pengertiannya hampir sama dengan kerja piston pompa sepeda ketika ditekan. Tekanan udara akan memperlambat gerak turunnya kabin elevator. Kedua, kebanyakan elevator memiliki peredam getaran juga pada bagian dasar porosnya - biasanya berupa piston dengan silinder yang berisi minyak. Kondisi inilah yang menhindarkan benturan yang fatal (lihat 2).

Jika semua alat pengaman ini ada ditempat yang semestinya, dan inspeksi secara teratur dilakukan, serta perawatan dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka anda akan punyai kesempatan luar biasa untuk selamat jika menghadapi kecelakaan elevator.

Senin, 28 November 2011

Terjadi Kematian Masal Sapi Perah

Pada tahun 2008 diduga terjadi kematian sapi perah yang mengemparkan seluruh pelosok tanah air.  Tidak tanggung-tanggung kasus kematian yang diduga sapi ini telah menyeret beberapa pejabat tinggi negara ke DPR untuk dimintai keterangannya. Uniknya sampai saat ini kasus kematian itu belum tuntas benar apa penyebabnya dan siapa yang bertanggung-jawab. Diduga sebagai sapi perah, sapi ini sebenarnya telah menghasilkan Rp 6,7 triliun sebagai nilai cairan susu segar yang dicurahkan langsung dari sumbernya (Bank Indonesia). Kasus ini lebih populer dikenal sebagai Century Gate.

Sapi perah diternakan untuk menghasilkan susu. Susu adalah sumber nutrisi terbaik, tidak hanya mengandung kalsium yang tinggi untuk tulang, tetapi juga mengandung gizi utama seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Dalam liputan Antara News menyebutkan, tingkat konsumsi susu Indonesia adalah terendah di Asia Tenggara, yaitu hanya 11,7 liter  di bawah Vietnam yang mencapai 15 liter per kapita. Dengan jumlah penduduk 237 juta,  sedikitnya diperlukan 2,8 milyar liter susu per tahun agar penduduk Indonesia bisa bertumbuh kuat dan sehat.

Selanjutnya bila digunakan harga susu sapi dunia Rp 6000 per liter, maka biaya yang dihabiskan untuk konsumsi susu saja dapat mencapai Rp 16,6 triliun per tahun. Untuk itu diperlukan 760 ribu sapi yang siap diperah setiap hari, dengan asumsi setiap satu ekor sapi perah hanya mampu berproduksi 10 liter per hari.

Menjelang tahun 2014, berkaitan dengan pesta demokrasi pemilihan umum calon legislatif dan presiden, dipastikan konsumsi susu akan meningkat drastis. Jika mempertimbangkan total biaya kampanye pilpres 2009 yang teraudit (di luar biaya kampanye pemilihan legislatif) yang mencapai Rp 600 milyar, dan  umumnya dana sebesar itu  datang dari para penyumbang kakap yang ingin jagoannya menang dalam pemilu tersebut, maka jelas partai-partai tentu akan memerlukan dana lebih besar lagi bila ingin sukses dalam pesta demokrasi itu. Cara-cara lama yang digunakan, seperti dugaan pada Century Gate yang dianggap telah merugikan negara Rp 6,7 triliun (atau kalau disetarakan sama dengan kematian masal produksi 300 ribu sapi perah dalam setahun), sedapat mungkin akan dihindari oleh para pemain ini.

Mengingat Century Gate menjadi kasus yang berkepanjangan, dicurigai melibatkan partai-partai besar bermain di dalamnya hingga penuntasan kasus tersebut hanya berjalan di tempat. Sementara tokoh-tokoh yang dicurigai terlibat pun juga bermain kartu dengan memaparkan borok-borok pengemplangan pajak dari para penggugat Century. Jelas, dampak yang ada saat ini adalah status quo. Kondisi masyarakat dengan segala kebutuhannya telah terabaikan karena sebagian besar pengurus negara ini hanya sibuk mengurusi melindungi diri dan partainya dari jeratan hukum. Untuk itu kebutuhan biaya kampanye yang diduga biasanya datang dari satu sapi perah, untuk tahun 2014 strategi seperti ini kemungkinan besar akan diperhalus dengan cara memelihara beberapa sapi perah, yang mana jika diperah pun sapinya tidak akan langsung mati lagi. Misalnya dengan cara memanipulasi  harga saham krakatau steel yang telah diprivatisasi, atau jika Pertamina bisa mengakuisisi Medco yang tentu saja dengan harga saham yang dihitung dapat memberikan gain sampai  nilai tertentu… dsb.

Tetapi jika mau menerima saran, sebaiknya untuk pemilu 2014, partai-partai besar mulailah memelihara sapi perah benaran saja. Mengingat Indonesia ini begitu luas, masih banyak tanah kosong yang bisa digunakan untuk beternak sapi. Dengan harga susu sapi dunia Rp 6.000 per liter, dalam setahun partai-partai bisa mendapatkan Rp 6,7 triliun hanya dengan memelihara 300 ribu ekor sapi perah saja. Apalagi jika setelah usai pesta demokrasi, sapi-sapi perah itu dibagikan kepada masyarakat bawah untuk dilanjutkan berproduksi, maka yakinlah every body will be happy.

Minggu, 27 November 2011

Masyarakat Mudah Kerasukan, Gejala Apa?


1297300735367738012
Foto: KOMPAS



                                         
Dalam banyak kasus kerusuhan, massa yang terlibat cenderung memperlihatkan amarah yang berlebihan melewati batas normal. Sebagian dari mereka yang biasanya dikenal sopan, kalem dan sabar, tiba-tiba bisa menjadi brutal, tidak terkendali, seperti bukan dirinya lagi. Siapa yang mengira seseorang yang sering terlihat di pangkalan ojek yang berperilaku sopan, ramah dan selalu mendahului mengucapkan salam, santun dalam bertutur-kata, ternyata bisa berubah menjadi monster yang terang-terangan menyulut api membakar kendaraan, berteriak-teriak dengan amarah yang dahsyat, melempar batu ke arah gedung diam yang tidak melawan sedikitpun. Siapa yang menyangka seseorang yang seperti sahabat dekat yang ramah, senang menolong tetangga yang sedang susah, tapi ketika berada dalam kerusuhan ia berubah menjadi gorila ganas yang mengamuk, menendang, memukul dan menendang lagi tubuh seseorang yang sudah terkulai ambruk tidak berdaya, yang dianggapnya musuh dari kelompoknya?

Jika kita melihat ulang dokumentasi kerusuhan Mei 98, disana ada banyak bentuk-bentuk kemarahan yang melewati ambang batas normal kemarahan manusia. Ada seseorang dalam kemarahannya berteriak-teriak memanjat lampu pengatur jalan, memecahkan lampu-lampunya kemudian turun merobohkan tiangnya. Kemudian berlari, berteriak-teriak lagi, ikut dalam gerombolan membalikkan kendaraan dan membakarnya. Ada  juga seseorang yang dengan tangan kosong membongkar beton separator jalan kemudian membantingnya ke tengah jalanan, dan terus berulang-ulang melakukannya. Sungguhlah sangat besar energi yang diperlukan untuk itu. Dalam kondisi normal, seseorang pastilah tidak akan mampu melakukannya sendirian saja.

Lalu dari mana datangnya energi kemarahan yang dahsyat itu? Mengapa ketika energi itu ada, secara bersamaan yang terjadi adalah aksi perusakan, dan penghancuran atas hasil buatan manusia sendiri? Mengapa masyarakat kita yang tengah berunjuk-rasa cenderung  dimuati energi yang menggiring massa menjadi mengamuk? Apakah massa pengunjuk-rasa memang mudah dimuati energi demikian? Apakah muatan energi dahsyat yang demikian sama dengan kerasukan? Mengapa masyarakat ketika berunjuk-rasa menjadi mudah kerasukan? Adakah penyebabnya?

Dalam ilmu fisika energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu usaha / kerja. Energi tidak dapat dilihat. Yang terlihat adalah akibat adanya energi tersebut. Kerasukan berasal dari kata dasar - rasuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kerasukan artinya kemasukan roh jahat.  Roh jahat sering dibicarakan dalam kitab-kitab suci.  Energi yang berasal dari roh jahat kerap disebut energi negatif.

Kejadian orang yang kerasukan roh jahat sebenarnya sudah terjadi sejak dulu. Namun sekarang, rupanya kinerja roh jahat semakin menjadi-jadi sehingga bisa merasuki banyak orang dalam satu kesempatan sekaligus seperti yang terlihat dalam unjuk-rasa atau yang terjadi pada murid-murid sekolah sebagaimana yang pernah ditayangkan media-media akhir-akhir ini.

Akibat dari pelampiasan energi negatif sangatlah destruktif dan bahkan bisa sampai mengakibatkan penghilangan nyawa manusia. Pelepasan energi negatif seringkali meninggalkan bekas yang mengintimidasi kedamaian. Genosida sistematis yang dilakukan Jerman Nazi (yang dikenal dengan Holocaust) terhadap berbagai kelompok etnis, keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia II, khususnya pada Bangsa Yahudi di Eropa adalah salah satu contoh pelepasan energi negatif. Contoh lain adalah penganiayaan atas kaum kulit hitam di Amerika oleh organisasi KKK, atau penganiayaan TKI/TKW oleh polisi Malaysia, atau perseteruan antara jemaat HKBP di Medan, atau contoh yang masih segar dalam ingatan kita adalah kerusuhan yang  terjadi  beberapa hari lalu, penganiayaan atas jemaah ahmadiyah, serta pembakaran gereja secara brutal di Temanggung  oleh kelompok pengunjuk-rasa. Semua akibat ini bila ditelaah dengan rasional, dapat disimpulkan tidaklah mungkin bila manusia dalam keadaan sadar mampu terdorong untuk melakukannya.

Apa yang membuat massa pendemo pada tingkat tertentu menjadi tidak sadar hingga masuk pada fasa bermuatan energi negatif?

Muatan energi negatif bisa datang tidak hanya pada kaum miskin, atau ekonomi lemah, atau kaum berpendidikan rendah saja,  tetapi juga pada semua tingkat lapisan masyarakat, termasuk pada wakil rakyat di dalam gedung DPR (ingat beberapa keributan yang terjadi terjadi di sana). Namun kerusuhan dahsyat dengan pelepasan energi negatif umumnya terjadi pada masyarakat lapisan bawah. Menurut MetroTV ada lebih dari 40 kasus kerusuhan bernuansa SARA yang terjadi pada tahun 2010.

Besar kemungkinan massa pendemo yang dimuati energi negatif hingga melakukan kerusuhan fatal karena dipicu oleh beberapa kondisi ketidakpastian, seperti ketidakpastian hukum, ketidakpastian keadilan, ketidakpastian penghasilan karena usaha perlindungan atas ketenaga-kerjaan yang rapuh, ketidakpastian kesempatan membuka usaha karena sulitnya mendapatkan pinjaman serta bunga bank yang tinggi dan mencekik, ketidakpastian lapangan kerja karena pertumbuhannya yang lamban, ketidakpastian kesempatan memiliki pendidikan tinggi karena biaya yang tidak terjangkau, ketidakpastian penuntasan kemiskinan dimana harga-harga bahan sandang dan pangan terus meningkat dan mahal, serta ketidakpastian perlindungan atas kebebasan beribadah dan seterusnya.

Setiap ketidakpastian menimbulkan sejumlah energi negatif. Semakin banyak ketidakpastian semakin besar energi negatif yang terakumulasi. Akibat dari semua ketidakpastian itu adalah kepincangan sosial. Gap antara yang kaya dan miskin menjadi semakin lebar. Kecemburuan sosial menjadi tumbuh subur. Selanjutnya, kerusuhan  sosial yang fatal dan segala akibatnya jelas merupakan klimaks dari meledaknya energi negatif yang telah terakumulasi secara sistematis dalam masyarakat.

Dalam akumulasi energi negatif yang semakin besar, masyarakat menjadi semakin mudah kerasukan. Ketidakpastian jelas telah menimbulkan dampak sistemik pada kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan masyarakat

Jumat, 25 November 2011

Jangan Paksa Kami Melakukannya!

Adalah hal yang biasa saja di tahun 2010 ini, bila sebagian murid kelas lima atau enam SD di kota-kota besar di Indonesia, sudah mengerti tentang apa kegunaan benda yang bermerek “BlackBerry”. Bila kita coba melihat lebih jauh lagi sampai ke pedesaan, kemungkinan besar sampai tingkat tertentu telepon genggam bukanlah hal yang baru lagi.

Daya serap atas pengertian kegunaan benda ini, selain dipicu oleh mudah dan terjangkaunya nilai informasi dan produk teknologi terapan bagi masyarakat saat ini, juga didukung oleh cepatnya pertumbuhan tingkat intelektual anak didik sebagai umpan balik dari terapan informasi dan teknologi itu sendiri.

Dibanding dengan orang dewasa, banyak dari mereka yang bahkan lebih fasih dengan fitur-fitur yang ada dalam benda tersebut. Bisa demikian karena dalam kesehariannya, mereka punya cukup waktu untuk membahas hal-hal baru tersebut dengan teman-temannya, atau membaca buku petunjuk, dan melakukan eksperimen serta mengulanginya.

Sebagian orang tua menganggap adalah hal yang wajar saja bila melengkapi putra-putrinya dengan benda ini. Dalam arti, keperluan orang tua akan kemudahan dalam berkomunikasi, serta dorongan untuk memperbaharui atau meningkatkan pengetahuan putra-putrinya akan perkembangan baru teknologi terapan yang digunakan secara umum.

Menurut data BPS, Angka Partisipasi Murni untuk tingkat Sekolah Dasar sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 adalah 93,98 % atau jika diekstrapolasikan secara kasar menjadi 94,56 % atau ada 26,5 % yang hanya memiliki pendidikan SD dari 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia saat ini.

Mari kita hidupkan mesin waktu untuk kembali ke 30 tahun yang lalu. Zeebbb… kita berdiri di depan sekolah dasar di pinggiran kota, kebetulan jam istirahat anak-anak sekolah. Beberapa murid SD sedang berkumpul bercerita tentang film seri kartun BATMAN yang diputar seminggu sekali di TVRI, hanya itu satu-satunya stasion TV yang ada. Sebagian lagi sedang bermain sepak bola menirukan gaya-gaya pemain nasional seperti Roni Pattinasarany, Rully Nere atau Bambang Nurdiansyah atau petenis terkenal John MC Anroe atau Bjorn Borg dan sebagainya. Pembicaraan teknologi yang paling mutahir hanya berkisar pada film Star Wars Episode V. Tidak ada diskusi atau kemampuan argumentasi seperti anak-anak SD sekarang yang luas dan cukup dalam, sebagai dampak dari banjirnya informasi melalui macam-macam Stasion TV, Facebook, Twiter dan sebagainya.
Jika Angka Partisipasi Murni untuk tingkat Sekolah Dasar diekstrapolasi secara kasar ke tahun 1980, maka ada 85,9 % atau ada 37,5 % (55,3 juta) yang hanya memiliki pendidikan SD dari 147,5 juta jiwa jumlah penduduk Indonesia tahun itu.

Sekarang kita kembali ke tahun 2010. Jika saya asumsikan 10 % dari 55,3 juta tersebut masih ada, itu artinya mereka tergolong berusia sekitar 30 – 40 tahun, dengan jumlah sekitar 5,53 juta orang yang masih berjuang hidup dengan tingkat pendidikan SD saja. Bila saya asumsikan lagi bahwa 10 % nya adalah sebagai TKI yang bekerja di Malaysia, maka sedikitnya mereka ada sebanyak 553 ribu orang dengan pengetahuan dan intelektual tingkat Sekolah Dasar era tahun 1980-an.

Adalah menjadi keprihatinan bangsa, oleh sebab setidaknya sekitar 553 ribu jiwa ini telah dijadikan obyek taruhan pelecehan akan nilai-nilai kemanusiaan oleh pihak asing bagi martabat dan kejiwaan bangsa Indonesia. Keluguan serta standar pengetahuan mereka yang rendah telah dijadikan standar pemenuhan persyaratan minimum bagi buruh industri dengan pembayaran terendah untuk keuntungan sebesar-besarnya pihak asing di tempat mereka bekerja.

Leluhur bangsa ini, pastilah menitikkan air mata, bila bisa mengetahui putra-putrinya diperlakukan buruk, disebut Indon, dikejar, dicambuk, dimasukkan dalam sel, ditumpukkan dalam kapal, dan dilepaskan ditengah lautan, diusir dari tanah mereka, setelah putra-putri ini mengabdikan tenaganya dengan sepenuh hati, dan sejujurnya dalam keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya untuk pihak asing yang menjadi besar, namun begitu congkaknya hingga sama sekali tidak menghargai sumbangsih itu dengan sepantasnya.

Tidak ada kalimat lain yang lebih tepat atas perlakuan ini selain “Hentikan! Atau kami yang menghentikan kelakuanmu!”

Bangsa ini ada 237,6 juta jiwa, pangsa pasar anda, karena ada jumlah potensial yang sangat diperhitungkan, yang membeli dan menggunakan produk anda. Sikap meremehkan anda, dapat memicu naluri “Gerilya Bambu Runcing” generasi muda kami. Lebih dikenal sebagai “Low Profile” namun cemerlang ketika dalam tekanan. Tidak ingin pamer, tetapi memiliki intelektualitas dan keahlian masuk ke dalam sistem transaksi online. Membuktikan dan membeberkan sikap tidak bersahabat anda, dapat dilakukan dalam sistem, dan hanya dalam hitungan jam, dimana ada kepentingan anda di seluruh dunia, akan dapat menerima pesan: “system failure”! Itu artinya kerugian finansial, dan baru sejumlah kecil dari harga yang pantas anda bayar.
Jangan paksa kami melakukannya!

Rabu, 23 November 2011

Siasat Bank, KTA Syaratkan Kartu Kredit


 



Satu dari 19.000 penduduk Indonesia adalah pemegang Kartu Kredit. Dalam lima tahun sejak 2005 jumlah Kartu Kredit yang beredar bertambah dari 6 juta ke 12,5 juta kartu. Jika rata-rata setiap kartu memberikan kredit senilai Rp 12,8 juta, maka di tahun 2011 sedikitnya Bank Indonesia mencanangkan dana senilai Rp 160 triliun atau sekitar 13,3% dari APBN 2011. Dana sebesar ini didistribusikan ke sejumlah Bank atau badan keuangan sejenisnya untuk dikreditkan ke nasabah pemegang kartu kredit. Umumnya nasabah menggunakan untuk kebutuhan yang  bersifat konsumtif dan kecil kemungkinan untuk perputaran roda ekonomi yang berkelanjutan.

Nilai Rp 160 triliun ini besarnya sama dengan 163 kali Rp 978.6 miliar -  anggaran Kementrian Koperasi dan UKM dalam APBN 2011  yang sebagiannya dianggarkan untuk dana pengayoman 175 ribu anggota koperasi. Padahal semua mengerti bahwa Koperasi merupakan pintu terdepan transaksi ekonomi dengan masyarakat ekonomi lemah yang  memiliki peluang besar untuk perputaran roda ekonomi yang berkelanjutan.

Itu sebuah perbandingan saja, dimana kita perlu lebih jauh belajar menerapkan prisip ekonomi yang efisien dan efektif tanpa mengabaikan sektor yang sebenarnya sangat potensial dalam mendorong pengembangan ekonomi rakyat skala kecil dalam perkebunan, perikanan, industri kecil, kerajinan dan sebagainya.

Menjadi ironis bagi masyarakat ekonomi lemah yang ingin memulai usaha namun tidak memiliki kesempatan mendapatkan pinjaman modal. Besar anggaran yang dimiliki Kementrian Koperasi dan UKM sangatlah tidak sepadan dengan jumlah debitur di masyarakat ekonomi lemah yang beranimo memperoleh pelatihan dan pendidikan dagang dalam unit kerja koperasi. Kemungkinan besar anggaran tersebut  telah dirancang untuk pendidikan, penelitian dan pengembangan dengan prioritas anggota koperasi yang resmi terdaftar.

Sebagian dari kita mungkin pernah menerima SMS dari agen suatu Bank yang menawarkan KTA dengan salah satu syaratnya adalah copy Kartu Kredit yang masih berlaku. Persyaratan seperti ini merupakan siasat yang tidak sehat. Tidak ada hubungannya antara Kredit Tanpa Anggunan dengan Kartu Kredit yang dimiliki.

Tidak semua orang juga senang menggunakan Kartu Kredit, bahkan sebagian orang berpikir Kartu Kredit justru cenderung membebankan keuangan pribadi berdasarkan bunga dan sistem tagihan yang diterapkan, yang kadang tidak memiliki acuan yang baku.

 Pertanyaannya adalah “Mengapa Bank mempersyaratkan copy Kartu Kredit untuk pengajuan KTA?”
Ada kemungkinan istilah KTA hanyalah untuk tujuan mempermudah membujuk seseorang untuk meminjam sejumlah uang dari Bank, dibandingkan orang tersebut ditawarkan memiliki kartu kredit baru.  Jika diperhatikan lebih jauh, bunga KTA pun tidak lebih baik dari Kartu Kredit.

Kembali kepada kebutuhan modal oleh masyarakat ekonomi lemah, jika KTA mempersyaratkan copy kartu kredit yang berlaku, apa iya program ini bisa menjangkau mereka. Akhirnya toh KTA hanya untuk mereka yang tercatat mapan, yang memiliki kartu kredit, yang cenderung dipaksa untuk meminjam, bahkan hanya meminjam untuk tidak digunakan. Nilai Rp 160 triliun itu hanya berputar di lapisan tertentu, tidak menyentuh lapisan yang justru membutuhkan untuk perbaikan ekonomi dan kesejahteraan mereka.



Jangan Dimasukin Dulu...




Tulisan ini hanya untuk mereka yang dewasa, mengingat adanya material-material dan pembahasan  detil yang memerlukan sikap dewasa dalam memahaminya. Penulis berusaha mengungkapkan dengan cara apa adanya dalam bahasa yang sangat sederhana yang mudah dipahami oleh semua lapisan pembaca dewasa. Jika sisi keimanan anda merasa terusik oleh judul tulisan "Jangan Dimasukin Dulu...", sebaiknya jangan melanjutkan membacanya.

Masuk ke dalam paragraf ini, berarti anda telah tersaring sebagai pembaca yang merasa keimanannya tidak akan terusik oleh judul tulisan "Jangan Dimasukin Dulu..." Atau mungkin sebagian dari anda sebenarnya merasa tidak nyaman, tetapi dorongan rasa ingin tahu begitu besar sehingga tetap melanjutkan membaca meski sudah dianjurkan "jangan melanjutkan..."

Baiklah kalau begitu. Sampai disini, anda merasa belum ada kaitannya antara judul "Jangan Dimasukin Dulu..." dengan dua paragraf di atas yang telah anda baca. Tunggu, saya tidak ingin mengatakan "jangan meloncat ke paragraf di bawah..." karena larangan ini justru memicu anda untuk melakukannya.

Kata "Jangan" atau maknanya sepertinya mempunyai daya hipnotis  mungkin juga magis yang sangat kuat. Manusia terlahir hidup dan tumbuh dewasa bersamaan dengan rasa keingintahuan yang besar. Rasa keingintahuan itu membuat manusia mengenal, dekat dengan alam, menguasai ilmu pengetahuan dan sebagainya... dan sebagainya. Kata "Jangan" bermakna sangat berlawanan dengan dorongan rasa ingin tahu manusia. Sejak pertama kali diciptakan, manusia pertama kali pula melakukan pelanggaran atas kata "Jangan". Jadi tidak akan cukup waktu jika ingin menjabarkan semua pelanggaran atas kata "Jangan".

Jadi kata "Jangan" memang mempunyai daya hipnotis dan magis yang sangat kuat bagi manusia. Semakin dikatakan "jangan", maka akan semakin besar pula rasa ingin tahu manusia atas ada apa dibalik kata "jangan" itu. Jadi hati-hatilah terhadap kata "Jangan". Bagi anda yang telah membaca sampai paragraf ini, mungkin kecewa, "Jangan dimasukin dulu dalam hati" kalau memang tidak mendapatkan hubungan antara judul dan isi, yah... "Jangan dipikirin..."

Keputusan, Tidak Menepati


Gusar, hati panas, gigi gemeretak, terkadang meninju tembok, atau apapun bentuknya bisa merupakan suatu aksi untuk sekedar melepaskan beban tekanan emosi yang tengah menyesak di dada.  Itulah kemungkinan yang terjadi bila seseorang mengalami pembatalan janji atau komitmen yang tidak diduga sebelumnya. Sikap demikian tentu tidak bisa digeneralisasikan ke semua orang.

Beban emosi karena persoalan di atas bisa dikatakan manusiawi. Apalagi bila komitmen tersebut sangat menentukan keberhasilan urutan aktivitas berikutnya, menimbulkan efek domino, serta berdampak finansial dengan resiko negative cash flow. Dalam skenario terburuk, akibat selanjutnya dapat menimbulkan kepanikan bagi sebagian orang, atau dalam sekala besar terjadi gerakan anarkis terhadap perusahaan besar yang bangkrut, yang tidak mampu membayar gaji atau pesangon pegawainya.

Siapa sebenarnya yang mampu menahan diri, atau terlihat tenang, seakan tidak terpengaruh sedikit pun oleh pembatalan janji? Pertama, umumnya ditunjukkan oleh mereka yang mengerti bahwa pembatalan itu tidak berdampak apa-apa pada perencanaannya, kecuali pergeseran jadwal. Kedua,  umumnya oleh mereka yang telah menyiapkan secara detil urutan perencanaan aktivitas termasuk peran cadangannya. Ketiga, tentu saja mereka yang memiliki cadangan finansial yang besar.
Memutuskan untuk tidak menepati bisa disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari masalah kurangnya sumber daya, kepadatan jadwal, kerusakan alat produksi, gangguan atau perubahan jalur transportasi, hingga pada kerusakan dahsyat akibat bencana alam atau bentuk kerusakan yang dikategorikan dalam force majeure (kerusakan diluar kendali).

Dalam keadaan dimana keputusan untuk tidak menepati dilakukan secara sepihak, atau tanpa alasan yang dapat diterima menurut aturan yang disepakati bersama, maka pembatalan ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup berarti bagi kedua belah pihak. Bentuk kerugian bagi pihak yang dijanjikan telah dijelaskan di atas. Sementara kerugian bagi pihak yang membatalkan umumnya menyangkut masalah deklinasi dari  kredibilitas, imej, serta pencitraan. Ketiga hal ini merupakan hal-hal penting dalam segala segi hubungan kemanusiaan, bisnis maupun politik. Kredibilitas, imej, serta pencitraan adalah hal-hal yang tidak dapat dinilai dengan uang.

Seseorang atau organisasi akan membutuhkan waktu panjang untuk menjadikan atau mengembalikan kredibilitas, imej, serta pencitraan dirinya sebagai modal dasar, dalam kepentingan hubungan baik secara pribadi dengan sahabat, dengan rekan bisnis, ataupun rakyat secara umum dalam kancah politik.

Senin, 21 November 2011

Menuai Angin dari Paket Pepesan Kosong

Istilah pepesan kosong muncul dan menjadi bahan perbincangan setelah SBY menggunakan kata-kata itu sebagai kritik pada kinerja pimpinan daerah dan gubernur di Istana Bogor pada Februari 2011. Menurut pengertian saya kata pepesan adalah paket yang diekspektasikan terdiri dari bungkus daun pisang, isinya berupa ikan mas atau lainnya yang dilumuri bumbu dan penyedap, diolah menurut cara memasaknya dan siap disajikan. Dalam hal pepesan kosong yang dimaksud SBY bisa jadi itu adalah paket seperti yang baru saja disebutkan namun tanpa isinya.

Pepesan kosong ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Berbicara tentang PD berarti juga sama halnya dengan membicarakan SBY. Keberhasilan Partai Demokrat dalam memenangkan pemilu 2009 adalah sangat erat kaitannya dengan slogan “katakan tidak” dalam hal kampanye anti korupsi.  Slogan inilah yang membuat PD (Partai Demokrat) menjadi semakin pede karena menjadi favorit di kalangan anak muda serta golongan mengambang yang menginginkan perubahan dan pembaharuan. Golongan ini sebenarnya menggantungkan setingi-tingginya seluruh harapan pada PD demi terbentuknya pemerintahan dan masyarakat yang bersih dari KKN. Menuai angin karena nyatanya slogan itu tidak lebih dari pepesan kosong. Bergulirnya kasus-kasus dugaan korupsi oleh kader-kader unggulan terkait tersangka Nazarudin (mantan bendahara PD) telah mengikis dalam rasa kepercayaan atas komitmen PD  untuk memberantas korupsi.

Kalau Nunun serta tersangka lainnya bisa melenggang santai keluar dari Singapura dan tetap bebas di luar sana, mungkin saja di Singapura memang sudah ada konsultan yang bergerak di bidang penyembunyian atau perlindungan koruptor asal Indonesia. Tentunya akan menyangkut imbalan yang sepadan dengan tingkat keamanan dan kenyamanannya. Jika kesempatan menggunakan kosultan itu diambil oleh Nazarudin, maka perintah SBY untuk menangkapnya menjadi pepesan kosong pula.

Tapi istilah pepesan kosong yang menyakitkan dan justru dilewatkan oleh media massa adalah masalah-masalah sosial di tingkat masyarakat ekonomi lemah. Delapan tahun yang lalu ketika PD sukses membawa SBY terpilih menjadi presiden, ada rasa menggelora dari harapan yang besar akan terjadi perubahan berarti pada keadilan dan kesejahteraan sosial sebagaimana slogan PD dan SBY pada masa kampanyenya waktu itu. Nyatanya setelah delapan tahun berlalu, bangsa ini terlalu disibukkan dengan berita-berita dari masalah-masalah seperti: mafia hukum, mafia pajak, century gates, mafia pemilu, pecah belah PKB, skandal citybank dan Bank Mega dsb. dsb. Sepertinya pemerintahan yang tengah berjalan telah kehabisan waktu dan energi mengurusi kepentingan golongan dan pribadi demi mempertahankan eksistensi dalam lingkaran kekuasaan daripada mengurusi masalah-masalah kemiskinan yang semakin menjadi di tengah-tengah masyarakat. Contoh yang setiap hari ada di depan mata adalah kita tidak melihat adanya perubahan atas penanganan pengemis atau kaum papa yang mebawa bayi pada siang bolong hingga tengah malam ke pagi-pagi buta. Jumlah mereka bukan hanya satu atau dua, tapi mungkin ribuan. Terlepas dari kemungkinan adanya pihak-pihak yang mengorganisir yang jelas ini adalah bagian dari tanggung-jawab pemerintah atas kemiskinan warganya. Begitu banyak contoh tentang kemiskinan, dan yang terus tidak pernah teratasi adalah sempitnya lapangan kerja yang mendorong warga menjadi TKI ilegal dengan segala dampak hukum dan sosialnya. Dan yang paling penting adalah harga-harga sandang-pangan, listrik,  BBM, kesehatan,  transport, komunikasi dsb. yang terus melonjak naik menyebabkan nilai uang rupiah merosot lebih dari 30% dibanding 8 tahun yang lalu. Dan itulah yang nyata-nyata benar sebagai pepesan kosong.

Kamis, 17 November 2011

Bayi Perlu Waktu Sampai Matanya Benar Benar Bisa Melihat


“Seorang bayi belum dapat melihat dengan sempurna saat ia lahir. Bayi perlu waktu sampai matanya benar-benar bisa melihat suatu objek dengan fokus dan jelas. Melalui mata, otak mengkoordinasikan objek dan mengingat apa yang mata lihat”.  Itu adalah paragraf pertama yang terdapat dalam artikel di majalah Ayahbunda sebagai hasil pencarian di Google untuk pertanyaan: “Apakah bayi yang baru lahir langsung bisa melihat?”

Pertanyaan ini sangat sederhana. Bayi, lahir dan melihat merupakan kata-kata kunci dari pertanyaan itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata bayi memiliki arti: “Anak yang belum lama lahir”. Sementara “bayi tabung” berarti bayi hasil pembuahan yang dilakukan di luar rahim ibunya (di tabung). Dari KBBI juga kata lahir diantaranya bisa berarti keluar dari kandungan, atau muncul di dunia (masyarakat), atau berarti yang tampak dari luar, atau berupa benda yang kelihatan; keduniaan; jasmani. Satu hal yang terkait dengan kata lahir yang mempunyai makna yang menarik adalah kalimat: “Lahir prematur” yang berarti lahir dini yang salah satunya bisa disebabkan oleh kegagalan pertumbuhan janin. Kata melihat berasal dari kata dasar lihat. Dalam KBBI kata lihat bermakna menggunakan mata untuk memandang; (memperhatikan). Salah satu kalimat yang terkait dengan kata lihat yang mempunyai makna yang menarik adalah: “Melihat angin” artinya mengikuti saja pendapat orang banyak; tidak berpendirian. Atau kalimat lain seperti “Melihat arus” yang bermakna menyesuaikan diri dengan situasi (politik, pendapat, dsb) untuk keselamatan diri.

Maka semakin jelaslah pertanyaan di atas setelah kata-kata kuncinya masing-masing diartikan sesuai dengan KBBI. Namun jika pertanyaan ini dikaitkan dengan heboh Wikileaks tentang SBY atau Demokrat dalam isu pecahnya koalisi partai serta penolakan PDIP masuk dalam koalisi partai akan menjadi rumit penjelasannya.

SBY dan Demokrat bisa dibilang bayi. Menjadi tampak seperti bayi yang kurang “smart” atau pecundang karena lebih sering dikerjai oleh bayi lain seperti PKS yang sebenarnya sama-sama baru lahir di kancah perpolitikan Indonesia. Dan terlihat lebih tidak “smart” lagi ketika tidak berkutik oleh manuver-manuver Golkar, yang jika saja diteliti lebih jauh, manuver-manuver itu sebenarnya  bagian dari rancangan skenario yang lebih besar untuk tujuan menumbangkan SBY dari kursi kepresidenan. Meski PBS sebagai petinggi Golkar, seringkali dalam banyak kesempatan di depan wartawan cetak dan elektronik mengatakan bahwa Golkar akan mengawal SBY sebagai presiden hingga 2014, kata-kata itu tidak lebih dari lips service seorang politisi saja. Kata-kata itu tidak lebih dari racun yang kadarnya mampu membuyarkan keberanian SBY dan Demokrat memberikan sangsi atau bersikap tegas pada Golkar. Intinya jika sebelas butir kesepakan koalisi yang tertulis dan ditanda-tangani saja bisa dimulti artikan dan dilanggar, apalagi hanya kata-kata PBS yang tidak punya dasar hukum sama sekali.

Menarik ketika Wikileaks membeberkan sesuatu tentang SBY ketika banyak orang tidak menyadari hal itu bisa terjadi dari seorang SBY. Terlepas benar atau tidaknya, pertanyaannya adalah “Siapa lagi yang bermanuver dengan isu ini?” Jika isu itu ternyata benar, lalu kenapa pula seorang SBY mencoba mencegah proses hukum yang diarahkan kepada TK? Bukankan dulu TK pernah mengatai SBY “Jendral kok kayak anak kecil”? atau bukankah sikap Megawati selama ini terlihat sangat tidak bersahabat kepada SBY?

Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia sikap Megawati bukanlah sikap seorang negarawan jika terus memendam dendam yang dalam arti sesungguhnya lebih mementingkan emosi daripada rasio. Bangsa ini memerlukan perbaikan, pendirian PDIP untuk tetap menjadi oposisi dan membiarkan Koalisi berjalan dalam kepincangan dan ketidak harmonisan dan terus dipaksakan, sama artinya dengan PDIP berkonspirasi membiarkan semua manuver, tukar-menukar kasus demi tekanan-tekanan politik silih berganti, terus terjadi hingga secara umum masyarakat Indonesia jualah yang dirugikan.

Sudah saatnya PDIP berdiri di sisi yang lebih benar. Sebagai partai rakyat kecil, PDIP sudah seharusnya mengutamakan kepentingan rakyat saat rakyat memerlukan kestabilan politik, ekonomi dan sebagainya yang semuanya dimungkinkan terjadi melalui kebijakan-kebijakan pemerintah. Sudah waktunya Megawati dan PDIP bukan hanya menggunakan hati nurani dalam melihat tetapi juga rasio demi kepentingan bangsa yang lebih besar.

Bagi SBY dan Demokrat memang memerlukan waktu untuk melihat dengan jernih. Dalam kancah politik, yang terlihat jelas, tidaklah seperti apa yang terlihat. Yang pasti, melalui Wikileaks, yang tidak terlihat sekalipun akhirnya dapat juga terdengar.

Selasa, 15 November 2011

Egois, Menolak Subsidi BBM Dicabut

Jangan dibandingkan dengan Arab Saudi yang memiliki cadangan minyak 230 miliar barel, karena negara ini masih akan berproduksi sampai 66 tahun ke depan. Berdasarkan data tahun 2009 United States Energy Information Administration, sisa cadangan minyak terbukti Indonesia adalah sebesar 3,99 miliar barel. Dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 0,8% per tahun, dan laju konsumsi BBM yang meningkat setiap tahunnya sebesar 4,36%, maka diperkirakan cadangan ini hanya akan bertahan kurang dari 7 tahun ke depan.

Menurut data BPS, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2010 adalah 237,556,363 dimana diperkirakan pada saat ini diluar bus dan truk, jumlah kendaraan penumpang telah mencapai 10 juta dan sepeda motor sekitar 51,7 juta. Dengan kondisi ini, berdasarkan data realisasi premium bersubsidi per Oktober 2010, adalah 23,2 juta KL naik dari 21,45 juta KL dalam APBN 2010, terjadi peningkatan konsumsi sebanyak 1 ,93 juta KL per tahun.

Dengan jumlah kendaraan yang disebutkan di atas, jika diasumsikan pemakaian premium untuk kendaraan penumpang dan sepeda motor masing-masing adalah  11 km/lt dan 35 km/lt, dan rata-rata bergerak sejauh 15.000 km dalam setahun, maka total BBM bersubsidi (premium) yang dibutuhkan dalam setahun adalah 37,1 juta KL perkiraan ini jauh lebih besar dari realisasi sampai akhir tahun 2010 yang kemungkinan dapat mencapai 23,38 juta KL.

Dalam APBN 2010, pemerintah mematok subsidi BBM sebesar Rp 68,7 triliun ($ 65 per barel) kemudian direvisi menjadi Rp 89,3 triliun ($ 80 per barel) atau porsi untuk premium kira-kira (59% x Rp 89,3 triliun) = Rp 52,7 triliun. Jika asumsi harga minyak dunia tetap $ 80 per barel, dengan konsumsi 37,1 juta barel setidaknya pemerintah perlu menyediakan dana untuk subsidi premium saja sebesar (37,1 / 23,38) X Rp 52,7 triliun = Rp 83,6 triliun dalam APBN 2011. Nilai ini setidaknya menguras sekitar 10% dari cadangan devisa tahun 2010 yang adalah senilai USD 81 miliar.

Harga minyak terus meningkat, sementara cadangan minyak Indonesia terus menurun. Diperkirakan pada tahun 2017 rata-rata harga minyak mencapai $ 105 per barel, dan diperkirakan  jumlah penduduk Indonesia mencapai 251 juta, dengan jumlah sepeda motor 66 juta, dan kendaraan penumpang sebanyak 14 juta di luar bus dan truk, dengan asumsi yang sama di atas,  kebutuhan akan premium dapat mencapai angka 47,3 juta KL. Jika tidak ada temuan cadangan baru yang berarti, maka pada tahun itu Indonesia harus mengimpor seluruh kebutuhan BBM nya.

Dapat dibayangkan bagaimana jadinya, jika masyarakat tidak memiliki kesiapan saat subsidi BBM dicabut pada tujuh tahun mendatang. Dana yang ada sekarang jelas-jelas hanya dihamburkan untuk hal-hal yang tidak berguna. Seandainya dana subsidi dialihkan menjadi dana untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia, dengan pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya yang terkait dengan persaingan regional atau pun global, maka pada masa sulit itu, setidaknya Indonesia akan mampu melewatinya tanpa harus melalui kesulitan yang terparah.

Senin, 14 November 2011

SBY - Ical, Sama-sama Punya Kartu Hantu

Kasus-kasus kakap yang tengah bergulir dan dirasakan lamban dalam proses hukumnya, ada kemungkinan memang disengaja demikian supaya keputusan hukumnya dapat divonis tepat menjelang pemilu 2014. Ini bukan strategi baru bagi partai yang tengah berkuasa. Di setiap era pemerintahan, partai yang berkuasa akan berusaha memunculkan imej yang baik di akhir masa pemerintahan atau jelang pemilu yang baru.  Strategi ini adalah salah satu bentuk pembuktian kepada masyarakat umum berkaitan dengan janji-janji partai, komitmen partai dalam pemberantasan korupsi, serta usaha partai dalam penegakkan supremasi hukum. Dengan pembuktian ini partai mengekspektasikan mendapatkan simpati masyarakat dan perolehan suara lebih banyak dalam pemilu legislatif dan pemilihan presiden.

Yang termasuk kasus kakap dan kebijakan potensial pemerintah antara lain adalah: penyelesaian ganti rugi dalam kasus lumpur Lapindo, penyelesaian hukum kasus Bank Century, penyelesaian kasus mafia hukum terkait juga masalah Gayus dan Antasari, serta penyelesaian kasus mafia pajak.

Sebagaimana diketahui dalam kasus lumpur Lapindo, 18 desa tenggelam, setelah terjadinya kegagalan operasi pengeboran minyak di wilayah kerja Lapindo salah satu perusahaan milik Bakrie. Lebih lanjut proses ganti rugi malah dibelokkan menjadi tanggung jawab pemerintah. Untuk itu pemerintah menggunakan uang dari hasil pembayaran pajak rakyat. Hebat kan, anda dan saya dan kita semua membiayai kerugian lingkungan, materi dan spiritual korban Lapindo, serta biaya operasi pengangulangan yang terus berlangsung sampai saat ini, yang seharusnya menjadi tangung jawab Bakrie.

Dalam kasus mafia pajak dan mafia hukum, selain kaitannya dengan Gayus secara langsung, diduga juga ada kaitannya dengan penyuapan yang dilakukan oleh salah satu perusahaan Bakrie. Dalam pengakuan Gayus, Sirus Sinaga merupakan petinggi Kejaksaan yang berperan dalam mafia hukum untuk vonis bebas dirinya di Pengadilan Negeri Tangerang. Diakuinya Sirus juga ikut berperan dalam mendisain tuntutan hukuman atas Antasari dalam kaitannya dengan kasus pembunuhan berencana atas Nasrudin. Kasus pembunuhan Nasrudin terjadi ditengah kemelut penyidikan KPK atas kasus Bank Century. Kasus pembunuhan ini diduga banyak kalangan sebagai bentuk konspirasi untuk menjatuhkan Antasari dari kekuasaanya sebagai ketua KPK. Diduga kuat konspirasi ini melibatkan sejumlah preman sebagai pelaku lapangan, anggota polisi, dan kejaksaan.

Sebelum kasus penuntutan itu, Antasari sebagai ketua KPK  memang tengah menyelidiki secara intensif kasus Bank Century yang diduga telah merugikan negara sebanyak 6,7 triliun. Dalam kasus century ini, mantan Menteri Keuangan - Sri Mulyani dan mantan Gubernur BI - Boediono, disebut-sebut telah mengambil keputusan yang melebihi batas kewenangannya hingga bailout Century membengkak menjadi 6,7 triliun.  Penyuntikan dana oleh BI ke Bank Century ini terjadi di akhir 2008 menjelang pemilu legislatif dan pilpres 2009. Salah satu nasabah potensial Bank Century yang mendapatkan perhatian penting dalam penarikan dananya adalah Boedi Sampoerna yang tidak lain adalah salah satu sponsor penting Partai Demokrat dalam pemilu 2009.

Ditengah keterdesakan suara-suara anggota DPR yang dimotori Golkar, yang menekan presiden untuk menonaktifkan  Sri Mulyani dan Boediono, adalah Sri Mulyani yang awalnya menginformasikan adanya perusahaan nasional sebagai pengemplang pajak dengan nilai triliunan dan beraktivitas melalui mafia pajak di Depkeu. Sri Mulyani saat itu menyinggung bahwa si pengemplang pajak itu adalah perusahaan milik Bakrie. Bakrie sendiri adalah salah satu petinggi Golkar yang sangat berpengaruh sebelum akhirnya menjadi Ketua Golkar.

Saat ini kasus century terkesan seperti dipeti-es-kan. Angota DPR dari Golkar yang vokal atas kasus ini jelas ada dibawah bayang-bayang Bakrie yang terkait dengan sejumlah masalah di atas. Di sisi lain, angota DPR dari PDIP sebagai partai oposisi tidak lebih galak untuk menuntaskan kasus century, mengingat kasus BLBI dalam pemerintahan Megawati dapat dijadikan senjata peredamnya. Sementara Sri Mulyani bak di asingkan ke Washington. Boediono telah menjabat sebagai Wakil presiden dan baru-baru ini ditugasi oleh SBY untuk segera menuntaskan kasus Century yang justru berkaitan dengan dirinya sendiri (seperti conflict of interest). Sementara Bakrie dan SBY ada dalam tautan Koalisi dan telah membentuk Sekretariat Bersama. Gabungan dua partai ini saja telah menguasai 43% lebih kursi DPR. Politik untuk meredam konflik dengan bersepakat untuk tidak berkonflik selama permasalahan hukum masing-masing dapat ditunda atau didiamkan hingga gejolak-gejolak penuntutan semakin menguat datang dari luar koalisi.

Kasus-kasus di atas seperti lingkaran hantu yang semua saling terkait dalam kebobrokan mental dan mampu mementalkan proses dan konsekuensi hukumnya. Demikian karena mereka masih bisa berlindung dibalik kekuasaan yang dipercayakan oleh masyarakat. Keinginan masyarakat untuk segera melihat kasus-kasus itu dituntaskan oleh pemerintah yang nota bene adalah bagian dari permasalahan itu sendiri, sudah pasti tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini. Siapa pun dia, tentulah tidak ingin menggali kuburnya sendiri.
Jika sudah dimulai, maka satu konspirasi akan menuntut konspirasi lain untuk menutupinya, dan seterusnya. Jika diurut-urut mungkin kita telah memilih anggota legislatif atau eksekutif yang oleh karena situasi di atas, mau tidak mau tunduk pada kebijakan partai dalam koalisi, artinya secara langsung mereka terikat dalam konspirasi itu, dan kita jelas secara tidak langsung pun juga terikat dalam konspirasi yang sama. Ketika lingkaran hantu ini semakin membesar dan terus membesar, maka cenderung solusi hukum menjadi semakin terabaikan.  Jika kondisi sudah semakin akut, maka inilah kondisi dimana menjadi pemicu terjadinya revolusi, oleh pelaksananya mungkin disebut neo-reformasi atau neo-generasi dan sebagainya. Intinya sejarah akan terus berulang dan berulang sambil membawa akar-akar konspirasi sebelumnya dan seterusnya.

Minggu, 13 November 2011

Riedl, ABG Datang untuk Irfan!

Menurut kebanyakan ABG dan tante-tante artis yang cantik-cantik, selain ganteng, Irfan memang memberikan daya tarik tersendiri dalam timnas. Irfan yang masih berondong itu memiliki kharisma di atas rata-rata mendekati tokoh-tokoh olahragawan kelas dunia. Dengan postur tubuhnya yang atletis, ia mampu  berlari cepat dan lincah dalam menggocek bola. Yang terpenting, sebagai penyerang dalam skuad timnas, ia telah terbentuk sebagai pemain sepak bola yang memiliki naluri mencetak gol. Tak heran jika ABG serta tante-tante artis yang cantik-cantik itu bisa histeris ketika melihat dia sedang menggocek bola. Mungkin bagi mereka gerakannya terlihat sexy, ia seperti berdansa dengan  bola di detik-detik sebelum mencetak gol. Yang menarik lagi adalah mereka  bahkan bisa menirukan dan  ikut menarikan tarian khas Irfan di saat-saat setelah Irfan mencetak gol.




12957231641451583282
Foto: TribunNews.Com
  
Para ABG dan tante-tante artis cantik ini tentu saja kecewa dengan tidak diikutsertakannya Irfan Bachdim dalam skuad timnas U23 yang diumumkan 18 Januari lalu.

Desember 2010 adalah sejarah dalam PSSI dimana ribuan calon penonton, rusuh berebut membeli tiket masuk, dan terjadinya pun masih sekitar 4 hari sebelum pertandingan. Sebagian dari calon penonton itu adalah ABG yang bersedia datang mengantri mulai dari malam hingga ke malam harinya lagi hanya karena didorong keinginan hati untuk melihat langsung bagaimana Irfan Bachdim beraksi di GBK.

Peran Media elektronik yang juga terus meliput secara khusus kegiatan timnas serta mengupas secara detil profil Irfan semakin menambah popularitasnya di mata masyarakat Indonesia. Dalam satu tayangan televisi pernah terlihat seorang ibu yang dengan gemasnya mencium pipi Irfan. Tentu saja ini momen yang  sangat lucu, mengesankan, membuat kita semua tersenyum, dan bertanya bagaimana gelombang euforia pencinta timnas ini bisa jadi diluar perkiraan semua orang?

PSSI memang butuh dukungan yang kuat dari masyarakat pencintanya. Bicara soal cinta, tentunya memang  dimulai dengan proses jatuh cinta lebih dulu. Nah…. ketika PSSI memiliki Irfan, ia seperti pemanis yang menarik banyak semut. Wajah PSSI berangsur menjadi nampak begitu ganteng dan kharismatik (tentu tidak mencakup Mr NH dong). Percaya atau tidak, itulah fakta yang ada yang mampu menimbulkan penambahan jumlah pencinta PSSI, serta memicu gelombang euforia kebanggaan atas timnas.

Riedl mungkin benar dalam mempertahankan prinsip kepelatihannya. Tetapi kita ini adalah negeri para wayang, dan dongeng, yang masyarakatnya terbiasa dalam toleransi, mudah memaafkan, menyediakan banyak ruang untuk bernegosiasi, dan cenderung membuai diri dengan keindahan, serta senang berlama-lama hanyut dalam kebahagiaan. Di sisi lain masyarakat ini juga bisa dengan tiba-tiba berubah ketika dihadapkan dengan fakta-fakta yang pahit, menjadi acuh dan pencemooh.

Jadi demi kebanggaan atas PSSI yang jarang-jarang terjadi, demi kebahagian dan keindahan yang tidak ingin diraih dari kami, demi ABG dan tante-tante artis yang cantik-cantik yang juga menjadi daya tarik bagi penonton lainnya di GBK, demi lagu Indonesia Raya yang menggetarkan jiwa dan membawa persatuan dan kesetiaan, demi tiket tototonan yang ludes laris manis sebelum pertandingan, demi iklan-iklan sponsor dan peningkatan pendapatan pedagang atribut timnas dan asongan, maka….. please deh… Riedl, panggil Irfan dan biarkan dia memperkuat timnas U23.

Sabtu, 12 November 2011

Boaz Ngotot Mau Cetak Gol, Ritme Timnas jadi Rusak

Meski Timnas menang 4-3 dari Turkmenistan, rasanya ada sedikit kekecewaan atas performa Boaz yang melewatkan lebih dari lima kesempatan mencetak gol. Memang hampir semua gol yang dicetak Timnas merupakan hasil umpan Boaz yang terlihat sangat taktis dan  berkelas. Gonzales sendiri terlihat tahu diri setelah mencetak dua gol berturut-turut, ia lalu mengendorkan ego-nya dengan memberikan kesempatan pada Boaz mendemonstrasikan kepiawaiannya menggocek bola, memberi umpan dan ruang pada Boaz untuk mencetak gol. Entah sial atau apa, yang tampak sangat menggregetkan, semua kesempatan itu lepas begitu saja.

Bola yang ditendang Boaz terus menerus mental dan menghindar dari gawang Turkmenistan. Secara umum lini belakang Turkmenistan sebenarnya tidak memberi perlawanan yang berarti. Dalam 30 menit setelah Gozales mencetak dua gol,  sangat terlihat bagaimana Boaz menjadi ngotot untuk bisa mencetak gol juga. Situasi ini patut disayangkan, karena egonya ini, secara tahap demi tahap dalam penerapan strategi penyerangan,  faktanya mampu menularkan nuansa psikologis kebuntuan atau kecenderungan frustrasi pada rekan sekuadron. Untungnya satu gol tambahan dari Nasuha di babak pertama, menjadikan (3 - 0) untuk Timnas, mampu menghentikan kengototan Boaz untuk sementara. Permainan cepat Timnas di babak pertama terlihat tertata cukup apik, dengan tingkat kesalahan yang cukup kecil.

Jelas usaha Boaz yang ngotot itu sedikitnya telah merubah ritme permainan Timnas, terbukti lini belakang timnas sempat mengalami kekacauan, kehilangan konsentrasi,  sehingga saat tim lawan memanfaatkan tendangan sudut,  ditengah kekacauan di depan gawang Timnas, terjadilah tendangan liar ke arah gawang yang tidak mampu dibendung oleh lini belakang, kedudukan menjadi 3-1. Satu hal yang membuat Boaz terlihat menyadari kesialannya hari ini adalah saat sikapnya yang bijak ketika pada menit ke 71 memberikan umpan pada M Ridwan yang berdiri bebas. Syukurlah Ridwan menyelesaikan kesempatan itu dengan baik sehingga mampu merubah kedudukan menjadi 4-1. Tapi rupanya, dampak akumulasi frustrasi Boaz dalam kegagalan yang berulang-ulang untuk mencetak gol, yang menularkan rasa frustrasi pada rekan sekuadron, menjadi semakin jelas ketika Turkmenistan yang dengan 10 pemain mampu memperkecil kekalahan mereka menjadi 4-3 dalam 20 menit sebelum pertandingan berakhir.

Dilihat dari kualitas permainan hari ini, seharusnya Timnas mampu mencetak lebih dari 8 gol. Siapapun dia, entah Boaz, atau Gonzales harus tetap mengacu pada dasar utama dalam permainan sepakbola, yaitu kerja sama tim. Tidak perlu memaksakan diri untuk harus mencetak gol atau mementingkan ego secara berlebihan. Mencetak gol seharusnya terjadi karena kesempatan yang sepersekian detik itu memang terbuka untuk dimanfaatkan. Jadi bukan memaksakan kesempatan untuk menjadi terbuka. Dalam teknis persepakbolaan yang telah dikuasai dan dialami, insting pemain yang berkelas jelas mampu membedakan mana momen yang memiliki peluang untuk mencetak gol dan mana yang tidak.

Jumat, 11 November 2011

Setelah Warteg, Giliran Air Rumah Juga Dipajak

Bumi kita yang indah ini ternyata  mengandung air tanah hanya 10 juta (0,72%) dari total 1,4 miliar kubik air di Bumi. Sementara kebutuhan air bersih bagi masyarakat kota seperti Jakarta bisa mencapai 200 liter per orang setiap hari. Jumlah ini mencakup lima liter untuk minum dan memasak dan sisanya dibutuhkan untuk sanitasi.

Saat ini pelayanan PAM Jaya telah mencapai jumlah pelanggan 412 ribu lebih unit mencakup 4,5 juta penduduk Jakarta dengan harga rata-rata air PAM per seribu liter Rp 2.500 tidak termasuk pajak.

Sampai tahun 2010 ini, jumlah penduduk Jakarta diperkirakan telah mencapai 9,5 juta jiwa. Dengan jumlah ini kebutuhan air dapat mencapai angka 1,9 miliar liter atau 1,9 juta kubik per hari. Jika diasumsikan 5 juta penduduk Jakarta yang tidak berlangganan PAM menggunakan air tanah dengan pompa air di rumah masing-masing, maka pengurasan air tanah setiap harinya dapat mencapai 1,06 juta kubik, atau senilai Rp 960 miliar rupiah per tahun. Sangat mengesankan karena jumlah pengururasan ini mendekati 10% dari air tanah di Bumi?

Memperhatikan hal ini, kiranya masyarakat perlu dihimbau untuk mulai berhemat dan bijaksana dalam pemakaian air sehari-hari. Terutama  masyarakat yang tinggal di kota-kota yang padat penduduknya. Daerah-daerah resapan air di kota-kota haruslah tetap terjaga, dan berfungsi. Bangunan-bangunan tinggi, jalan tol, pemukiman padat, serta taman-taman kota, sebaiknya didisain dan tetap mengacu pada master plan yang ramah lingkungan, yang tetap menyediakan ruang bagi peresapan air. Adanya ruang ini memungkinkan air hujan atau air tanah yang telah digunakan dapat meresap kembali ke dalam tanah, dan tidak terbuang  percuma ke laut. Perlu disadari oleh masyarakat umum bahwa air tanah merupakan benteng pencegah perembesan (intrusi) air laut. Pemborosan pemakaian air dapat memicu peningkatan eksploitasi air tanah yang berlebihan, memungkinkan air laut merembes mengisi pori-pori formasi yang ditinggalkan air tanah.

Mengacu kepada Pasal 33 ayat 3 UUD45 yang menyatakan: "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat". Maka demi, menjaga pelestarian air tanah, pencegahan perusakan formasi oleh perembesan air laut, serta desakan kebijakan dalam penggunaan air tanah, pemerintah dapat saja menetapkan pajak atas penggunaan air tanah di rumah tangga. Pajak 10% dari Rp 960 miliar per tahun merupakan nilai yang lumayan bagi tambahan pendapatan  dari sektor pajak bagi pemerintah daerah Jakarta.

Kamis, 10 November 2011

Dunia Melihat Rupa, Tapi Kau Memandangku


1297083209890814000
Foto: KOMPAS



Judul itu saya kutip dari syair sebuah lagu. Saya mengutip syair ini untuk mencoba membuka hati mereka yang telah dengan terang-terangan mendemonstrasikan sikap diskriminasi terhadap sesamanya.  Kejadian penyerangan terhadap Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik adalah sebuah peristiwa yang sangat memilukan.  Itu bisa dibilang sikap arogansi perorangan ataupun kelompok yang memaksakan kehendaknya dengan kekerasan, tanpa memandang jauh ke dalam dari sisi kemanusiaan dan Penciptanya.

Negeri ini telah pernah dijajah dan dijelajahi oleh aneka bangsa. Pada masa itu pula, setiap penjajah dan penjelajah membawa kekuatan dan keimanannya, mendirikan tempat-tempat ibadah dan melaksanakan ibadahnya secara terbuka.  India membawa agama Hindu, Mongol membawa agama Budha, Portugis membawa Katolik, Belanda membawa Kristen Protestan, dan Arab membawa Islam. Sementara nenek moyang kita sendiri adalah pemeluk Animisme.

Nenek moyang kita jelas sebagai suatu bangsa yang terbuka atas suatu pembaharuan. Menilai setiap budaya baru dengan arif. Sudah berabad-abad sebagian penduduk di gunung Bromo beragama hindu tanpa merasa terancam eksistensinya oleh kedatangan agama-agama lain. Itu karena keimanan yang mereka miliki sebagai sesuatu yang hakiki. Demikian juga dengan sebagian suku Dayak di Kalimantan dan sebagian orang Irian. Hingga kini pun mereka masih tetap sebagai pemeluk animisme. Bagaimanapun dunia moderen tengah berderu-deru di sekitarnya, keimanan mereka seperti tak tersentuh, dunia seperti tak mampu  mempengaruhi keimanan serta apa yang diyakininya. Bukankah mereka tetap menunjukkan jiwa besar dalam menghargai dunia? Rasanya tidak pernah kita mendengar mereka berdemo menentang pendatang karena merasa takut eksistensi kepercayaan mereka akan terusik. Yang ada justru sikap yang wajar mereka dalam melindungi tempat-tempat yang disucikan  sebagaimana yang diwariskan oleh leluhurnya.

Jadi kenapa harus kuatir dengan eksistensi? Manusia kini telah masuk dalam abad moderen yang jauh lebih baik, cepat dan akurat dalam mendapatkan informasi. Dengan itu, siapapun akan memiliki kesempatan yang lebih baik dalam mempertimbangkan sebelum memutuskan sesuatu. Apalagi dalam masalah keimanan. Maka buanglah kekuatiran itu jauh-jauh.  Kekuatiran yang berlebihan akan menjadi benih-benih diskriminasi terhadap sesama. Kekuatiran yang berlebihan menjadikan “Dunia melihat rupa”, sebuah makna diskriminasi atas ras, agama, suku dan bangsa. Sementara potongan syair “Tapi Kau memandangku” memiliki makna bahwa Sang Pencipta adalah adil dan selalu memihak serta tidak akan membiarkan mereka yang lemah, yang dianiaya, yang tengah dihancurkan, serta yang didiskriminasi secara semena-mena oleh sesamanya.

Rabu, 09 November 2011

Kafilah Menggonggong, Anjing Tetap Berlalu

12971308521261826243
Foto: Inmagine


Susunan kata yang benar dalam peribahasa yang dikenal adalah “Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu”. Pembaca tentu sudah sering mendengar, dan pastinya mengerti benar arti peribahasa ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kafilah berarti “rombongan berkendaraan (unta) di padang pasir”.  Dari KBBI juga, kata “Anjing” bermakna -  binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb; nama latinnya Canis familiaris. Salah satu peribahasa yang menggunakan kata “Anjing” juga adalah “Anjing ditepuk menjungkit ekor”, sebuah peribahasa  yang berarti orang hina (bodoh, miskin, dsb) kalau mendapat kebesaran menjadi sombong.

Penempatan kata sangat menentukan arti dari suatu kalimat. Susunan kata yang dirubah sebagaimana dalam judul di atas, menimbulkan makna yang berbeda dari peribahasa yang seharusnya. Maknanya tergantung dari interpretasi orang yang membacanya. Dalam terjemahan bebas bisa saya interpretasikan sebagai, “sekelompok orang berkonspirasi untuk mengintimidasi seseorang atau kelompok yang lebih kecil yang dianggapnya tidak sekelas dan perlu dikucilkan, namun si orang atau kelompok kecil itu tetap eksis karena intimidasi itu tidak cukup mampu menghentikan aktivitasnya”.

Lalu bagaimana bila kata-kata itu diacak ulang dan terbentuk kalimat seperti berikut, “Kafilah tetap anjing, menggonggong  berlalu”. Susunan kata-kata itu menjadi kalimat yang bila diinterpretasikan secara bebas dapat memberikan pesan dan makna yang sangat keras. Jika saya bantu menginterpretasi secara bebas bisa seperti berikut, “Dasar tetap saja dia itu “…..” bisanya cuman mengintimidasi tapi tidak berani berhadapan”. Namun sekali lagi interpretasi itu tentu sangat tergantung bagaimana “mood” anda saat ini.

Masih penasaran soal acak mengacak, kita coba sekali lagi, maka terbentuklah kalimat berikut, “Anjing, kafilah menggonggong tetap berlalu”. Interpretasi pada kalimat ini tentu menjadi lebih sederhana. Nah, tanpa perlu menginterpretasikan lebih lanjut anda tentu sudah mengerti makna kalimat hasil acakan di atas. Untuk teman-teman yang tinggal di Bandung menggunakan kata “Anjing” dalam bahasa pergaulannya justru menunjukkan kedekatan dalam pertemanannya seperti “Tah sakitu heula ANJING engke lamun aya waktu dilanjutkeun GOBLOG”. Artinya : Nih segitu dulu, nanti kalo ada waktu dilanjutkan. Baca juga disini.