mitsubishi

International Market Open

Economic calendar

FOREX

Minggu, 27 November 2011

Masyarakat Mudah Kerasukan, Gejala Apa?


1297300735367738012
Foto: KOMPAS



                                         
Dalam banyak kasus kerusuhan, massa yang terlibat cenderung memperlihatkan amarah yang berlebihan melewati batas normal. Sebagian dari mereka yang biasanya dikenal sopan, kalem dan sabar, tiba-tiba bisa menjadi brutal, tidak terkendali, seperti bukan dirinya lagi. Siapa yang mengira seseorang yang sering terlihat di pangkalan ojek yang berperilaku sopan, ramah dan selalu mendahului mengucapkan salam, santun dalam bertutur-kata, ternyata bisa berubah menjadi monster yang terang-terangan menyulut api membakar kendaraan, berteriak-teriak dengan amarah yang dahsyat, melempar batu ke arah gedung diam yang tidak melawan sedikitpun. Siapa yang menyangka seseorang yang seperti sahabat dekat yang ramah, senang menolong tetangga yang sedang susah, tapi ketika berada dalam kerusuhan ia berubah menjadi gorila ganas yang mengamuk, menendang, memukul dan menendang lagi tubuh seseorang yang sudah terkulai ambruk tidak berdaya, yang dianggapnya musuh dari kelompoknya?

Jika kita melihat ulang dokumentasi kerusuhan Mei 98, disana ada banyak bentuk-bentuk kemarahan yang melewati ambang batas normal kemarahan manusia. Ada seseorang dalam kemarahannya berteriak-teriak memanjat lampu pengatur jalan, memecahkan lampu-lampunya kemudian turun merobohkan tiangnya. Kemudian berlari, berteriak-teriak lagi, ikut dalam gerombolan membalikkan kendaraan dan membakarnya. Ada  juga seseorang yang dengan tangan kosong membongkar beton separator jalan kemudian membantingnya ke tengah jalanan, dan terus berulang-ulang melakukannya. Sungguhlah sangat besar energi yang diperlukan untuk itu. Dalam kondisi normal, seseorang pastilah tidak akan mampu melakukannya sendirian saja.

Lalu dari mana datangnya energi kemarahan yang dahsyat itu? Mengapa ketika energi itu ada, secara bersamaan yang terjadi adalah aksi perusakan, dan penghancuran atas hasil buatan manusia sendiri? Mengapa masyarakat kita yang tengah berunjuk-rasa cenderung  dimuati energi yang menggiring massa menjadi mengamuk? Apakah massa pengunjuk-rasa memang mudah dimuati energi demikian? Apakah muatan energi dahsyat yang demikian sama dengan kerasukan? Mengapa masyarakat ketika berunjuk-rasa menjadi mudah kerasukan? Adakah penyebabnya?

Dalam ilmu fisika energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu usaha / kerja. Energi tidak dapat dilihat. Yang terlihat adalah akibat adanya energi tersebut. Kerasukan berasal dari kata dasar - rasuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kerasukan artinya kemasukan roh jahat.  Roh jahat sering dibicarakan dalam kitab-kitab suci.  Energi yang berasal dari roh jahat kerap disebut energi negatif.

Kejadian orang yang kerasukan roh jahat sebenarnya sudah terjadi sejak dulu. Namun sekarang, rupanya kinerja roh jahat semakin menjadi-jadi sehingga bisa merasuki banyak orang dalam satu kesempatan sekaligus seperti yang terlihat dalam unjuk-rasa atau yang terjadi pada murid-murid sekolah sebagaimana yang pernah ditayangkan media-media akhir-akhir ini.

Akibat dari pelampiasan energi negatif sangatlah destruktif dan bahkan bisa sampai mengakibatkan penghilangan nyawa manusia. Pelepasan energi negatif seringkali meninggalkan bekas yang mengintimidasi kedamaian. Genosida sistematis yang dilakukan Jerman Nazi (yang dikenal dengan Holocaust) terhadap berbagai kelompok etnis, keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia II, khususnya pada Bangsa Yahudi di Eropa adalah salah satu contoh pelepasan energi negatif. Contoh lain adalah penganiayaan atas kaum kulit hitam di Amerika oleh organisasi KKK, atau penganiayaan TKI/TKW oleh polisi Malaysia, atau perseteruan antara jemaat HKBP di Medan, atau contoh yang masih segar dalam ingatan kita adalah kerusuhan yang  terjadi  beberapa hari lalu, penganiayaan atas jemaah ahmadiyah, serta pembakaran gereja secara brutal di Temanggung  oleh kelompok pengunjuk-rasa. Semua akibat ini bila ditelaah dengan rasional, dapat disimpulkan tidaklah mungkin bila manusia dalam keadaan sadar mampu terdorong untuk melakukannya.

Apa yang membuat massa pendemo pada tingkat tertentu menjadi tidak sadar hingga masuk pada fasa bermuatan energi negatif?

Muatan energi negatif bisa datang tidak hanya pada kaum miskin, atau ekonomi lemah, atau kaum berpendidikan rendah saja,  tetapi juga pada semua tingkat lapisan masyarakat, termasuk pada wakil rakyat di dalam gedung DPR (ingat beberapa keributan yang terjadi terjadi di sana). Namun kerusuhan dahsyat dengan pelepasan energi negatif umumnya terjadi pada masyarakat lapisan bawah. Menurut MetroTV ada lebih dari 40 kasus kerusuhan bernuansa SARA yang terjadi pada tahun 2010.

Besar kemungkinan massa pendemo yang dimuati energi negatif hingga melakukan kerusuhan fatal karena dipicu oleh beberapa kondisi ketidakpastian, seperti ketidakpastian hukum, ketidakpastian keadilan, ketidakpastian penghasilan karena usaha perlindungan atas ketenaga-kerjaan yang rapuh, ketidakpastian kesempatan membuka usaha karena sulitnya mendapatkan pinjaman serta bunga bank yang tinggi dan mencekik, ketidakpastian lapangan kerja karena pertumbuhannya yang lamban, ketidakpastian kesempatan memiliki pendidikan tinggi karena biaya yang tidak terjangkau, ketidakpastian penuntasan kemiskinan dimana harga-harga bahan sandang dan pangan terus meningkat dan mahal, serta ketidakpastian perlindungan atas kebebasan beribadah dan seterusnya.

Setiap ketidakpastian menimbulkan sejumlah energi negatif. Semakin banyak ketidakpastian semakin besar energi negatif yang terakumulasi. Akibat dari semua ketidakpastian itu adalah kepincangan sosial. Gap antara yang kaya dan miskin menjadi semakin lebar. Kecemburuan sosial menjadi tumbuh subur. Selanjutnya, kerusuhan  sosial yang fatal dan segala akibatnya jelas merupakan klimaks dari meledaknya energi negatif yang telah terakumulasi secara sistematis dalam masyarakat.

Dalam akumulasi energi negatif yang semakin besar, masyarakat menjadi semakin mudah kerasukan. Ketidakpastian jelas telah menimbulkan dampak sistemik pada kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan masyarakat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar