mitsubishi

International Market Open

Economic calendar

FOREX

Kamis, 17 November 2011

Bayi Perlu Waktu Sampai Matanya Benar Benar Bisa Melihat


“Seorang bayi belum dapat melihat dengan sempurna saat ia lahir. Bayi perlu waktu sampai matanya benar-benar bisa melihat suatu objek dengan fokus dan jelas. Melalui mata, otak mengkoordinasikan objek dan mengingat apa yang mata lihat”.  Itu adalah paragraf pertama yang terdapat dalam artikel di majalah Ayahbunda sebagai hasil pencarian di Google untuk pertanyaan: “Apakah bayi yang baru lahir langsung bisa melihat?”

Pertanyaan ini sangat sederhana. Bayi, lahir dan melihat merupakan kata-kata kunci dari pertanyaan itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata bayi memiliki arti: “Anak yang belum lama lahir”. Sementara “bayi tabung” berarti bayi hasil pembuahan yang dilakukan di luar rahim ibunya (di tabung). Dari KBBI juga kata lahir diantaranya bisa berarti keluar dari kandungan, atau muncul di dunia (masyarakat), atau berarti yang tampak dari luar, atau berupa benda yang kelihatan; keduniaan; jasmani. Satu hal yang terkait dengan kata lahir yang mempunyai makna yang menarik adalah kalimat: “Lahir prematur” yang berarti lahir dini yang salah satunya bisa disebabkan oleh kegagalan pertumbuhan janin. Kata melihat berasal dari kata dasar lihat. Dalam KBBI kata lihat bermakna menggunakan mata untuk memandang; (memperhatikan). Salah satu kalimat yang terkait dengan kata lihat yang mempunyai makna yang menarik adalah: “Melihat angin” artinya mengikuti saja pendapat orang banyak; tidak berpendirian. Atau kalimat lain seperti “Melihat arus” yang bermakna menyesuaikan diri dengan situasi (politik, pendapat, dsb) untuk keselamatan diri.

Maka semakin jelaslah pertanyaan di atas setelah kata-kata kuncinya masing-masing diartikan sesuai dengan KBBI. Namun jika pertanyaan ini dikaitkan dengan heboh Wikileaks tentang SBY atau Demokrat dalam isu pecahnya koalisi partai serta penolakan PDIP masuk dalam koalisi partai akan menjadi rumit penjelasannya.

SBY dan Demokrat bisa dibilang bayi. Menjadi tampak seperti bayi yang kurang “smart” atau pecundang karena lebih sering dikerjai oleh bayi lain seperti PKS yang sebenarnya sama-sama baru lahir di kancah perpolitikan Indonesia. Dan terlihat lebih tidak “smart” lagi ketika tidak berkutik oleh manuver-manuver Golkar, yang jika saja diteliti lebih jauh, manuver-manuver itu sebenarnya  bagian dari rancangan skenario yang lebih besar untuk tujuan menumbangkan SBY dari kursi kepresidenan. Meski PBS sebagai petinggi Golkar, seringkali dalam banyak kesempatan di depan wartawan cetak dan elektronik mengatakan bahwa Golkar akan mengawal SBY sebagai presiden hingga 2014, kata-kata itu tidak lebih dari lips service seorang politisi saja. Kata-kata itu tidak lebih dari racun yang kadarnya mampu membuyarkan keberanian SBY dan Demokrat memberikan sangsi atau bersikap tegas pada Golkar. Intinya jika sebelas butir kesepakan koalisi yang tertulis dan ditanda-tangani saja bisa dimulti artikan dan dilanggar, apalagi hanya kata-kata PBS yang tidak punya dasar hukum sama sekali.

Menarik ketika Wikileaks membeberkan sesuatu tentang SBY ketika banyak orang tidak menyadari hal itu bisa terjadi dari seorang SBY. Terlepas benar atau tidaknya, pertanyaannya adalah “Siapa lagi yang bermanuver dengan isu ini?” Jika isu itu ternyata benar, lalu kenapa pula seorang SBY mencoba mencegah proses hukum yang diarahkan kepada TK? Bukankan dulu TK pernah mengatai SBY “Jendral kok kayak anak kecil”? atau bukankah sikap Megawati selama ini terlihat sangat tidak bersahabat kepada SBY?

Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia sikap Megawati bukanlah sikap seorang negarawan jika terus memendam dendam yang dalam arti sesungguhnya lebih mementingkan emosi daripada rasio. Bangsa ini memerlukan perbaikan, pendirian PDIP untuk tetap menjadi oposisi dan membiarkan Koalisi berjalan dalam kepincangan dan ketidak harmonisan dan terus dipaksakan, sama artinya dengan PDIP berkonspirasi membiarkan semua manuver, tukar-menukar kasus demi tekanan-tekanan politik silih berganti, terus terjadi hingga secara umum masyarakat Indonesia jualah yang dirugikan.

Sudah saatnya PDIP berdiri di sisi yang lebih benar. Sebagai partai rakyat kecil, PDIP sudah seharusnya mengutamakan kepentingan rakyat saat rakyat memerlukan kestabilan politik, ekonomi dan sebagainya yang semuanya dimungkinkan terjadi melalui kebijakan-kebijakan pemerintah. Sudah waktunya Megawati dan PDIP bukan hanya menggunakan hati nurani dalam melihat tetapi juga rasio demi kepentingan bangsa yang lebih besar.

Bagi SBY dan Demokrat memang memerlukan waktu untuk melihat dengan jernih. Dalam kancah politik, yang terlihat jelas, tidaklah seperti apa yang terlihat. Yang pasti, melalui Wikileaks, yang tidak terlihat sekalipun akhirnya dapat juga terdengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar