mitsubishi

International Market Open

Economic calendar

FOREX

Senin, 21 November 2011

Menuai Angin dari Paket Pepesan Kosong

Istilah pepesan kosong muncul dan menjadi bahan perbincangan setelah SBY menggunakan kata-kata itu sebagai kritik pada kinerja pimpinan daerah dan gubernur di Istana Bogor pada Februari 2011. Menurut pengertian saya kata pepesan adalah paket yang diekspektasikan terdiri dari bungkus daun pisang, isinya berupa ikan mas atau lainnya yang dilumuri bumbu dan penyedap, diolah menurut cara memasaknya dan siap disajikan. Dalam hal pepesan kosong yang dimaksud SBY bisa jadi itu adalah paket seperti yang baru saja disebutkan namun tanpa isinya.

Pepesan kosong ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Berbicara tentang PD berarti juga sama halnya dengan membicarakan SBY. Keberhasilan Partai Demokrat dalam memenangkan pemilu 2009 adalah sangat erat kaitannya dengan slogan “katakan tidak” dalam hal kampanye anti korupsi.  Slogan inilah yang membuat PD (Partai Demokrat) menjadi semakin pede karena menjadi favorit di kalangan anak muda serta golongan mengambang yang menginginkan perubahan dan pembaharuan. Golongan ini sebenarnya menggantungkan setingi-tingginya seluruh harapan pada PD demi terbentuknya pemerintahan dan masyarakat yang bersih dari KKN. Menuai angin karena nyatanya slogan itu tidak lebih dari pepesan kosong. Bergulirnya kasus-kasus dugaan korupsi oleh kader-kader unggulan terkait tersangka Nazarudin (mantan bendahara PD) telah mengikis dalam rasa kepercayaan atas komitmen PD  untuk memberantas korupsi.

Kalau Nunun serta tersangka lainnya bisa melenggang santai keluar dari Singapura dan tetap bebas di luar sana, mungkin saja di Singapura memang sudah ada konsultan yang bergerak di bidang penyembunyian atau perlindungan koruptor asal Indonesia. Tentunya akan menyangkut imbalan yang sepadan dengan tingkat keamanan dan kenyamanannya. Jika kesempatan menggunakan kosultan itu diambil oleh Nazarudin, maka perintah SBY untuk menangkapnya menjadi pepesan kosong pula.

Tapi istilah pepesan kosong yang menyakitkan dan justru dilewatkan oleh media massa adalah masalah-masalah sosial di tingkat masyarakat ekonomi lemah. Delapan tahun yang lalu ketika PD sukses membawa SBY terpilih menjadi presiden, ada rasa menggelora dari harapan yang besar akan terjadi perubahan berarti pada keadilan dan kesejahteraan sosial sebagaimana slogan PD dan SBY pada masa kampanyenya waktu itu. Nyatanya setelah delapan tahun berlalu, bangsa ini terlalu disibukkan dengan berita-berita dari masalah-masalah seperti: mafia hukum, mafia pajak, century gates, mafia pemilu, pecah belah PKB, skandal citybank dan Bank Mega dsb. dsb. Sepertinya pemerintahan yang tengah berjalan telah kehabisan waktu dan energi mengurusi kepentingan golongan dan pribadi demi mempertahankan eksistensi dalam lingkaran kekuasaan daripada mengurusi masalah-masalah kemiskinan yang semakin menjadi di tengah-tengah masyarakat. Contoh yang setiap hari ada di depan mata adalah kita tidak melihat adanya perubahan atas penanganan pengemis atau kaum papa yang mebawa bayi pada siang bolong hingga tengah malam ke pagi-pagi buta. Jumlah mereka bukan hanya satu atau dua, tapi mungkin ribuan. Terlepas dari kemungkinan adanya pihak-pihak yang mengorganisir yang jelas ini adalah bagian dari tanggung-jawab pemerintah atas kemiskinan warganya. Begitu banyak contoh tentang kemiskinan, dan yang terus tidak pernah teratasi adalah sempitnya lapangan kerja yang mendorong warga menjadi TKI ilegal dengan segala dampak hukum dan sosialnya. Dan yang paling penting adalah harga-harga sandang-pangan, listrik,  BBM, kesehatan,  transport, komunikasi dsb. yang terus melonjak naik menyebabkan nilai uang rupiah merosot lebih dari 30% dibanding 8 tahun yang lalu. Dan itulah yang nyata-nyata benar sebagai pepesan kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar